Oleh: Haritsah Mujahid
Mahasiswa S1 Istanbul University
Perayaan Hari Raya Iduladha di Istanbul tahun ini terasa sangat tenang. Tidak seperti suasana di tanah air yang selalu dipenuhi gema takbir dan lalu lalang warga yang bersilaturahmi dari rumah ke rumah selepas shalat Ied.
Suasana Lebaran di Istanbul terasa lebih sunyi, jalanan lengang, toko-toko tutup dan banyak warga lokal yang memilih pulang ke kampung halaman di wilayah Anatolia. Kota besar seperti Istanbul justru menjadi sepi selama masa libur Iduladha.
Bagi mahasiswa Indonesia yang sudah lama menetap di Istanbul, suasana ini bukan lagi hal yang baru. Namun setiap tahunnya, kami tetap mencoba menjaga semangat Lebaran agar tetap hidup meski hanya dengan dirayakan dengan teman-teman terdekat.
Tahun ini, Hari Raya Iduladha jatuh pada 6 Juni 2025, bertepatan dengan periode ujian akhir semester yang diselenggarakan oleh beberapa universitas. Jadi, tidak banyak waktu yang bisa disisihkan untuk menikmati libur ini. Ada yang harus sambil menyelesaikan tugas akhir atau bahkan menyiapkan bahan presentasi. Namun, kami tetap menyempatkan waktu untuk saling bertemu dan merayakan Lebaran bersama.
Sebagai mahasiswa, kami sangat bersyukur karena banyak pekerja, ibu rumah tangga maupun komunitas diaspora masyarakat Indonesia di Istanbul yang sangat baik hati dan mengundang para pelajar untuk ikut makan atau piknik bersama. Bahkan, ada juga yang turut membagikan daging kurban untuk dapat kami masak sendiri di rumah. Solidaritas dan kehangatan seperti ini sangat berarti bagi kami yang jauh dari keluarga.
Hari Raya Iduladha di Turki punya warna tersendiri. Berbeda dari di Indonesia yang biasanya ramai dengan pembagian kupon kurban di masjid, di Turki proses pemotongan hewan kurban dilakukan lebih terorganisir. Pemerintah kota menyediakan lokasi-lokasi resmi khusus pemotongan, lengkap dengan fasilitas kebersihan dan pengelolaan limbah. Banyak keluarga Turki yang sudah memesan hewan kurban jauh-jauh hari lewat koperasi daging atau layanan daring, sehingga proses penyembelihan bisa dilakukan lebih praktis dan profesional. Sebagian warga tetap melakukannya sendiri di halaman rumah atau lahan kosong dengan tetap memperhatikan aturan kebersihan dan etika lingkungan.
Setelah proses kurban selesai, masyarakat Turki akan membagi daging ke tetangga dan orang-orang di sekitarnya. Seringkali dengan cara mengantar langsung dari rumah ke rumah. Mereka juga memanfaatkan momen Lebaran ini untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar. Tradisi kunjungan ini menjadi hal yang sangat penting dengan suasana kekeluargaan yang hangat meskipun sederhana. Bagi kami mahasiswa Indonesia, menyaksikan langsung tradisi ini menjadi pengalaman berharga sekaligus pembelajaran tentang cara masyarakat Turki memaknai Hari Raya Idul Adha
Lebaran di Istanbul mungkin memang tidak semeriah di Indonesia, tetapi bukan berarti tidak bermakna. Di tengah kesibukan, keterbatasan waktu dan jarak dari keluarga, kami tetap berusaha menjaga nilai-nilai kebersamaan, saling berbagi dan tentunya bersyukur atas hangatnya kebersamaan yang tumbuh di tengah keterasingan.