Meskipun harus berjuang sendirian, Supirman tidak pernah menyurutkan langkah untuk melestarikan gitar klasik Lampung. (Foto: Teraslampung.com/Feaby Handana) |
Feaby/Teraslampung.com
Kotabumi–Meski usianya tak lagi muda, hal itu tak menyurutkan langkah Supirman (53) untuk terus berkarya dan melestarikan kesenian gitar klasik Lampung. Hal ini dilakukannya agar kebudayaan yang telah diwariskan secara temurun ini tak punah dihantam arus kebudayaan populer.
Eksistensinya gitar klasik Lampung kini memang terpinggirkan. Ia terus didesak derasnya budaya populer yang oleh sebagian kalangan dianggap lebih modern dan menghasilkan kapital. Kondisi itulah yang membuat Supirman berkomitmen untuk mempertahankan seni gitar klasik Lampung.
Bukti kegigihan Supirman mempertahan eksistensi gitar klasik Lampung sudah sangat nyata. Sejak tahun 1986, warga Kelurahan Sindang Sari, Kecamatan Kotabumi, Lampung Utara (Lampura) ini telah menelurkan ratusan karya demi lestarinya kebudayaan nenek moyang Lampung sehingga dapat dijadikan kebanggaan generasi muda setelahnya.
Supirman mengaku dirinya melestarikan seni gitar klasik tanpa pamrih, Misalnya agar dihargai oleh pemerintah daerah. Ia tetap tekun meskipun usaha kerasnya harus disertai dengan uangnya sendiri. Ya, usaa keras Supirman melestarikan seni Lampung itu selama ini dilakukan tanpa dukungan dari Pemkab Lampura. Memangm dalam perjalanannya mempertahankan seni tradisi ia kerap tertatih – tatih dihadang berbagai halangan.
“Namun, ia tidak mau menyerah. Bahkan, rekaman yang pernah saya lakukan pun tanpa dukungan pihak pemerintah,” tuturnya.
Bapak tiga anak ini mengatakan bukannya tak mau minta bantuan Pemkab untuk melestarikan kesenian ini. Keenggannya ini semata – mata dilatarbelakangi respons yang kurang baik dari Pemkab saat dirinya mengajak Pemkab Lampura untuk bersama – sama dengannya melestarikan kebudayaan Lampung khususnya gitar klasik Lampung yang ia tekuni.
“Saya pernah bilang sama Pemerintah Lampura sebelumnya, untuk melanjutkan perjuangan adat istiadat lampung ini tetapi responnya kurang baik,” kata dia.
Tak adanya dukungan dari Pemkab sebagaimana yang diharapkan ternyata tak mampu menyurutkan tekad Supirman untuk terus ‘bergerilya’ mengenalkan seni petik gitar Lampung kepada generasi muda.
Kini di usianya yang tak lagi muda, Supirman lebih memilih tampil di sebuah pesta atau kegiatan untuk melestarikan kebudayaan tersebut. “Lebih baik saya berjuang ala kadarnya, jadi undangan. Dengan perjuangan saya. Saya bisa rekaman sampai 7 album,” terangnya.
Supirman menceritakan, kepiawaiannya dalam memetik dawai gitar klasik Lampung ini berkat jasa kedua orang tuanya. Dari orang tuanya inilah ia belajar keahlian tersebut dan mendapat sambutan yang cukup luar biasa dari warga Jakarta saat tampil dalam sebuah acara maupun saat proses rekaman album miliknya.
“Harapan saya ke depan hanya ingin berbagi ilmu dengan siapa pun agar seni petik gitar klasik Lampung ini tak putus di satu generasi,” kata pelantun lagu Lampung yang berjudul Sanak Haghuk ini