Surat Seorang Demonstran untuk Kekasihnya

Bagikan/Suka/Tweet:

Endang Supriadi

Aku berangkat demo sayang, untuk memapas
gunung yang tumbuh di kepala penguasa itu
Jika lidahku tumpul, masih ada ludahku
Untuk membalut senyum palsunya yang
Telah menipu rakyat dari ujung timur sampai
Ujung selatan

Kita tunda pertunangan kita hari ini, demi
Tegaknya keadilan dan menghapus
Kesewenang-wenangan di bumi Berduri

Kita tunda memperlihatkan gambar rumah
Ke calon mertua. Karena ini tugas mulia,
Lebih mulia dari menjual iman kepada para preman

Jika lepas senja aku belum pulang,
mungkin
Aku teler oleh bualannya, semaput oleh
Kuli tinta yang meliput. Dan mungkin aku
Dibaringkan Di atap gedung parlemen, atau
Disembunyikan di puing dekat tanah gusuran

Namun jika aku dikabarkan mati, kau jangan
Menangis, karena sudah hukum manusia,
Mati satu, harga bahan bakar naik, mati dua,
Harga sembako meroket, mati tiga,
Jabatan naik, bonus tinggi

Kau harus iklas nyawaku jadi tumbal pembangunan negeri,
Jadi alasan penghambat kemulusan misi
Tapi kau jangan iklas, jika keperawananmu
Ikut dipertaruhkan untuk nomor urut
Yang harus dicoblos!

Aku berangkat demo, sayang. Jangan lupa
Pintu dapur tak usah kau kunci, siapa tahu
Aku pulang selamat, dan kita bisa bercinta
Di situ!

Depok, 26/01/17

* Endang Supriadi adalah seorang penyair, tinggal di Depok, Jawa Barat