Oleh Ramadhan Nurpambudi
Prakirawan BMKG Lampung
Hari Meteorologi Dunia ke-73 dengan tema “The Future of Weather, Climate and Water Across Generations” dirayakan pada tanggal 23 Maret 2023 di seluruh dunia. Acara ini dirayakan setiap tahun pada tanggal yang sama untuk memperingati pendirian Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada tahun 1950. Pada Hari Meteorologi Dunia ini, perhatian diberikan pada peran penting meteorologi dalam kehidupan kita, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.
Tema Hari Meteorologi Dunia ke-73 tahun ini yang diangkat yaitu “The Future of Weather, Climate and Water Across Generations”. Tema ini menyoroti betapa pentingnya memperhatikan dampak perubahan iklim dan bagaimana itu akan memengaruhi generasi masa depan. Perubahan iklim merupakan masalah global yang memengaruhi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan, serta lingkungan tempat kita hidup. Oleh karena itu, perubahan iklim harus menjadi perhatian utama bagi semua orang, termasuk para pemimpin dan generasi masa depan.
Perubahan iklim terjadi karena adanya peningkatan suhu bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca ini berasal dari berbagai sumber, seperti pembakaran bahan bakar fosil, industri, transportasi, dan pertanian. Dampak dari perubahan iklim ini sangat luas, termasuk kenaikan permukaan air laut, cuaca ekstrem, kekeringan, banjir, dan juga kerusakan ekosistem.
Salah satu contoh wilayah di Indonesia yang mulai terdampak akibat perubahan iklim adalah wilayah utara pesisir Jawa yang mencakup sebagian besar provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wilayah ini mengalami peningkatan permukaan air laut yang cukup signifikan, sehingga beberapa daerah pesisir menghadapi risiko tinggi terkena abrasi dan banjir rob. Beberapa daerah yang paling rentan terdampak antara lain:
• Pantura Jawa Tengah: Daerah pesisir utara Jawa Tengah termasuk Semarang, Demak, Kudus, dan Jepara menjadi salah satu daerah yang paling rentan terkena dampak naiknya permukaan air laut. Beberapa daerah di wilayah ini telah mengalami banjir rob dan kerusakan pantai akibat abrasi.
• Surabaya: Kota terbesar kedua di Indonesia ini juga terkena dampak perubahan iklim, khususnya terkait dengan naiknya permukaan air laut. Beberapa daerah pesisir di Surabaya mengalami banjir rob dan terkena dampak erosi pantai, serta terancam dengan peningkatan risiko bencana seperti banjir.
• Kabupaten Tuban: Kabupaten ini merupakan salah satu daerah yang paling rentan terhadap abrasi pantai dan peningkatan permukaan air laut. Beberapa daerah pesisir di Tuban mengalami kerusakan pantai yang cukup parah akibat ombak dan pasang surut.
• Kabupaten Lamongan: Wilayah pesisir Kabupaten Lamongan juga mengalami peningkatan risiko terkena banjir rob dan abrasi pantai akibat naiknya permukaan air laut.
Dampak perubahan iklim pada wilayah pesisir Jawa ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama bagi nelayan dan petani yang berada di sekitar daerah pesisir. Selain di wilayah utara pesisir Jawa, masih banyak wilayah lain di Indonesia yang terdampak akibat perubahan iklim. Beberapa contoh wilayah lainnya yang juga mengalami dampak antara lain:
• Wilayah Sulawesi Selatan: Beberapa daerah di Sulawesi Selatan mengalami penurunan produktivitas pertanian dan peningkatan risiko banjir akibat perubahan iklim, seperti di Kabupaten Gowa dan Maros.
• Wilayah Kalimantan Barat: Beberapa daerah di Kalimantan Barat, seperti Kabupaten Pontianak, Sanggau, dan Sambas, mengalami peningkatan risiko kebakaran hutan akibat cuaca yang lebih panas dan kering.
• Wilayah Papua: Beberapa daerah di Papua, seperti Kabupaten Jayapura dan Mimika, mengalami peningkatan risiko banjir dan longsor akibat intensitas hujan yang semakin tinggi.
• Wilayah Sumatera Utara: Beberapa daerah di Sumatera Utara, seperti Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, mengalami penurunan produktivitas pertanian dan kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim tidak hanya terjadi di wilayah tertentu saja, namun meluas ke seluruh wilayah di Indonesia dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pencegahan dan mitigasi dampak perubahan iklim yang efektif dan berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat.
Jika pernah mendengar tentang keberadaan es abadi di wilayah Puncak Jaya Papua, tidak lama lagi statusnya akan hilang dan tidak lagi abadi. Es abadi atau glacier di wilayah Puncak Jaya Papua terancam terdampak akibat perubahan iklim. Perubahan suhu global yang terjadi akibat peningkatan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana, menyebabkan suhu udara di atmosfer semakin meningkat, termasuk di wilayah pegunungan Papua.
Peningkatan suhu udara ini menyebabkan es abadi di Puncak Jaya Papua mencair secara perlahan, dan pencairan ini semakin cepat dari waktu ke waktu. Peningkatan curah hujan di wilayah tersebut juga menyebabkan pencairan es abadi yang lebih cepat, karena semakin banyak air yang mengalir di atas permukaan es.
Pencapaian suhu yang lebih tinggi di wilayah pegunungan Papua juga mengubah pola cuaca dan mempengaruhi ekosistem lokal, termasuk flora dan fauna yang ada di sana. Selain itu, terjadinya perubahan di wilayah Puncak Jaya Papua ini juga dapat berdampak pada masyarakat di sekitar wilayah pegunungan, seperti petani dan nelayan.
Dampak pencairan es abadi di Puncak Jaya Papua bisa berdampak pada kehidupan manusia, terutama bagi masyarakat di sekitar wilayah pegunungan yang sangat bergantung pada sumber daya alam di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan mengimplementasikan praktik-praktik yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada wilayah pegunungan Papua dan masyarakat di sekitarnya.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh jurnal Cryosphere memprediksi bahwa es abadi di pegunungan Papua bisa menghilang pada tahun 2020-an hingga 2040-an, tergantung pada proyeksi suhu global. Sementara itu, studi lain yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh jurnal Earth System Dynamics memperkirakan bahwa es abadi di pegunungan Papua bisa menghilang pada tahun 2050-an.
Menurut laporan terbaru dari Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 1,1 derajat Celsius (°C) dari periode pra-industri (1850-1900) hingga dekade terakhir (2011-2020). Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa laju kenaikan suhu rata-rata bumi terus meningkat seiring dengan peningkatan emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia. Jika tidak ada tindakan signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, suhu bumi diperkirakan akan meningkat sekitar 1,5°C dalam waktu kurang dari 20 tahun ke depan.
Kenaikan suhu rata-rata ini dapat menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan dan kehidupan manusia, seperti cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, kerusakan ekosistem, dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, tindakan yang tepat dan terpadu dari seluruh negara dan masyarakat dunia sangat diperlukan untuk memitigasi dampak perubahan iklim ini.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, peran meteorologi sangatlah penting. Meteorologi memainkan peran kunci dalam memahami dan memprediksi perubahan iklim serta memberikan informasi yang diperlukan untuk mengatasi dampaknya. Para ilmuwan meteorologi terus melakukan penelitian untuk memahami perubahan iklim dan memprediksi dampaknya di masa depan. Informasi ini sangat penting bagi pemimpin dan masyarakat umum untuk mengambil tindakan yang tepat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampaknya.
Selain perubahan iklim, air juga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Air adalah sumber kehidupan yang sangat penting bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, ketersediaan air yang bersih dan sehat semakin menurun di berbagai daerah di seluruh dunia. Perubahan iklim, polusi, dan pembangunan yang tidak terkendali merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan air di dunia.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan ketersediaan air di masa depan. Meteorologi memainkan peran penting dalam memahami dan memprediksi perubahan iklim serta ketersediaan air di masa depan. Penelitian meteorologi dan pengembangan teknologi dapat membantu kita dalam mengelola sumber daya air yang ada dan meningkatkan efisiensi penggunaannya.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketersediaan air, peran generasi masa depan sangatlah penting. Generasi masa depan adalah orang-orang yang akan menghadapi dampak perubahan iklim dan ketersediaan air di masa depan. Oleh karena itu, mereka harus menjadi bagian dari solusi dalam menghadapi tantangan ini. Para pemimpin dan masyarakat umum harus memberikan dukungan dan kesempatan kepada generasi masa depan untuk mempelajari, memahami, dan mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi tantangan ini.
Pendidikan dan kesadaran lingkungan harus ditanamkan sejak dini kepada generasi masa depan. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada lingkungan. Selain itu, generasi masa depan harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perubahan iklim dan ketersediaan air. Mereka harus diajak untuk memberikan masukan dan ide-ide kreatif dalam mengatasi tantangan ini.
Selain itu, teknologi juga dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketersediaan air di masa depan. Teknologi baru dapat membantu dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya air. Contohnya, teknologi panel surya dapat menghasilkan energi bersih yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil. Teknologi irigasi yang lebih efisien dapat membantu dalam mengelola sumber daya air yang ada.
Namun, teknologi bukanlah satu-satunya solusi dalam menghadapi tantangan ini. Kesadaran lingkungan dan tindakan nyata dari para pemimpin dan masyarakat umum juga sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim dan ketersediaan air di masa depan. Kita semua harus bekerja sama dalam menghadapi tantangan ini dan meninggalkan dunia yang lebih baik untuk generasi masa depan.
Untuk mengurangi laju perubahan iklim, tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat adalah:
• Mengurangi emisi gas rumah kaca: Pemerintah perlu mengambil tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor energi, transportasi, industri, pertanian, dan limbah. Masyarakat juga perlu mengambil tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, memilih produk yang ramah lingkungan, dan memanfaatkan sumber energi terbarukan.
• Meningkatkan efisiensi energi: Pemerintah dan masyarakat perlu mengurangi penggunaan energi fosil dan meningkatkan efisiensi energi dengan cara memperbaiki infrastruktur dan teknologi yang lebih efisien.
• Menanam pohon: Penanaman pohon dapat membantu menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Pemerintah dan masyarakat dapat melakukan penanaman pohon di lahan yang tersedia atau memanfaatkan taman kota sebagai lahan penanaman.
• Menggunakan transportasi berkelanjutan: Masyarakat dapat menggunakan transportasi berkelanjutan seperti sepeda atau angkutan umum yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
• Mendorong penggunaan energi terbarukan: Pemerintah dapat memberikan insentif bagi masyarakat untuk menggunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya atau turbin angin.
• Meningkatkan kesadaran masyarakat: Pemerintah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Pendidikan dan kampanye publik dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan membangun budaya yang ramah lingkungan.
Dengan melakukan tindakan tersebut secara bersama-sama, diharapkan laju perubahan iklim dapat ditekan dan dampak negatifnya dapat diminimalkan untuk menjaga keberlangsungan hidup bumi dan kesejahteraan manusia.
Dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-73 dengan tema “The Future of Weather, Climate and Water Across Generations”, mari kita semua memberikan perhatian yang lebih pada perubahan iklim dan ketersediaan air di masa depan. Mari kita juga memberikan dukungan dan kesempatan kepada generasi masa depan untuk menjadi bagian dari solusi dalam menghadapi tantangan ini. Bersama-sama, kita dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan untuk generasi masa depan.
Sebagai makhluk sosial yang hidup di planet ini, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi yang menjadi rumah kita. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, tidak ada yang lebih berharga daripada solidaritas, kolaborasi, dan kepedulian dari setiap individu, kelompok, dan negara. Mari kita bersama-sama bergerak untuk menciptakan masa depan yang lebih baik untuk cuaca, iklim, dan air, untuk generasi sekarang dan masa depan. Kita tidak bisa menunggu lagi, mari bergabung untuk menyelamatkan bumi kita!
Di dunia kita yang indah ini,
Perubahan iklim membuat hati resah.
Mari kita jaga bumi dengan cinta,
Agar masa depan kita tetap bahagia.