Seni  

Temu Wacana Dewan Kesenian se-Lampung 2025: Menyatukan Langkah Menyongsong Masa Depan Lampung

Bagikan/Suka/Tweet:

Teraslampung.com – Suasana hangat penuh semangat menyelimuti Hotel Hexton, Bandar Lampung, Rabu,(31/7/20250) . Dewan Kesenian Lampung (DKL) sukses menggelar Temu Wacana Dewan Kesenian se-Provinsi Lampung 2025, ajang konsolidasi penting yang mempertemukan pemangku kepentingan seni dan budaya dari seluruh penjuru Bumi Ruwa Jurai.

Tak sekadar seremoni, forum ini menjadi ruang refleksi, perumusan strategi, sekaligus penguatan posisi Dewan Kesenian dalam pembangunan kebudayaan daerah.

Acara dibuka oleh Ketua DKL, Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., yang dalam pidatonya menekankan pentingnya peran Dewan Kesenian sebagai katalisator gerakan budaya.

“DKL harus menjadi mitra strategis pemerintah dalam pengembangan kebudayaan dan objek pemajuan kebudayaan di Provinsi Lampung,” tegasnya.

Mewakili Gubernur Lampung, Drs. Firsada, M.Si., menyampaikan bahwa rekomendasi dari forum ini diharapkan mampu memperkuat arah kebijakan seni budaya di daerah. “Kita butuh sinergi lintas sektor untuk membangun ekosistem seni dan budaya yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dialog Strategis di Tengah Tantangan Zaman
Kegiatan dilanjutkan dengan tiga sesi diskusi mendalam. Pada sesi pertama, Restu Gunawan dari Kementerian Kebudayaan mengajak seluruh Dewan Kesenian di daerah untuk mengambil peran sebagai kurator, pembina, sekaligus penjaga marwah kebudayaan. Ia menekankan pentingnya reposisi kelembagaan Dewan Kesenian agar lebih relevan dengan perkembangan zaman.

Sesi kedua menghadirkan Deni Ribowo (Komisi V DPRD Provinsi Lampung) dan Iwan Nurdaya Djafar (budayawan dan Sekretaris Akademi Lampung). Mereka menyoroti pentingnya dukungan legislasi dan pendanaan berkelanjutan bagi sektor budaya.

“Tanpa komitmen politik, seni hanya akan jadi etalase kosong,” ungkap Deni.

Puncak intelektual forum ini terjadi pada sesi ketiga, saat Irawan Karseno, Ketua Koalisi Seni sekaligus mantan Ketua DKJ, menguraikan pentingnya kepemimpinan kolektif dalam tubuh Dewan Kesenian. “Dewan tidak cukup hanya diisi seniman. Harus ada ahli ekonomi, hukum, dan kebijakan publik agar mampu bicara di ruang-ruang strategis,” paparnya.

Sorotan Tajam Iwan Nurdaya: Budaya di Tengah Arus Global

Makalah Iwan Nurdaya Djafar menjadi salah satu titik berat forum. Mengangkat judul Tantangan Seni dan Budaya Tradisional di Tengah Arus Globalisasi dan Digitalisasi, ia menyoroti bagaimana globalisasi dan teknologi digital membawa ancaman sekaligus peluang bagi kesenian tradisional.

“Globalisasi bisa menjadi kolonialisme baru bila tak disikapi bijak. Seni tradisional terancam, tapi juga bisa tumbuh jika kita mampu beradaptasi,” katanya. Iwan mendorong agar pelaku seni memanfaatkan teknologi untuk dokumentasi, revitalisasi, dan distribusi budaya. Namun, ia mengingatkan agar digitalisasi tidak menghilangkan ruh tradisi.

Ia juga menekankan pentingnya regenerasi seniman dan strategi kolektif antara pelaku seni, pemerintah, dan masyarakat. “Budaya itu warisan hidup, bukan benda mati. Ia harus terus dipelihara dan diberi ruang untuk tumbuh,” ujarnya penuh keyakinan.
Maklumat Bersama dan Harapan Konkret

Menutup acara, perwakilan Dewan Kesenian Kabupaten/Kota se-Lampung menandatangani Maklumat Bersama sebagai bentuk komitmen memperkuat posisi Dewan Kesenian dalam advokasi kebijakan kebudayaan. Sekretaris Umum DKL, Bagus S. Pribadi, berharap hasil pertemuan ini melahirkan aksi nyata. “Ini bukan sekadar forum. Ini awal dari kerja kolektif yang berdampak,” ujarnya.

Sementara itu, Deni Ribowo mengusulkan audiensi antara DKL dan Akademi Lampung ke DPRD dan Gubernur untuk membicarakan secara khusus strategi pemajuan kebudayaan di Lampung.

Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa sinergi antar institusi budaya dan pemerintah mulai terbentuk dan diarahkan pada hasil konkret.

Forum Temu Wacana ini menyiratkan optimisme bahwa di tengah arus global dan digital, seni dan budaya Lampung tetap memiliki masa depan. Dengan kerja bersama, kesenian tak hanya bertahan—ia akan tumbuh, menyala, dan terus menebar cahaya di negeri sendiri.