Hukum  

Terduga Teroris Diamankan Densus 88 di Belakang Pasar Koga Bandarlampung

Tim Detasemen khusus (Densus) 88 Antitetor Mabes Polri, mengamankan terduga paham radikalisme di Gang Banten, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kedaton Bandarlampung atau dibelakang Pasar Koga, Jumat (4/12/2020).
Tim Detasemen khusus (Densus) 88 Antitetor Mabes Polri, mengamankan terduga paham radikalisme di Gang Banten, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kedaton Bandarlampung atau dibelakang Pasar Koga, Jumat (4/12/2020).
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG–Tim Detasemen khusus (Densus) 88 Antitetor Mabes Polri, dikabarkan kembali mengamankan seorang pria terduga penganut paham radikalisme atau terduga teroris, di belakang Pasar Koga, Kedaton, Bandarlampung, Jumat (4/12/2020) sekira pukul 11.30 WIB.

Informasi yang diterima teraslampung.com, pria berinisial SG itu ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri saat hendak Shalat Jumat di sebuahb masjid Gang Banten, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kedaton Bandarlampung atau di belakang Pasar Koga.

Sebelum dilakukan penangkapan, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri melakukan pengintaian terlebih dulu tak jauh dari sekitar lokasi rumah SG terduga paham radikalisme sekitar pukul 10.00 WIB. Selain SG, turut diamankan sejumlah barang diduga milik SG terduga paham radikalisme.

“(Dia) saat mau berangkat Jumatan diamankannya. Begitu diamankan, saat itu juga dia (SG) langsung dibawa sama Densus 88 itu sekitar pukul 14.30 WIB,” kata Yanto, warga setempat, melalui pesan WhatsAppnya kepada teraslampung.com, Jumat (4/12/202).

Pada saat mau diamankan, kata Yanto, sebelum SG sampai di Masjid yang ada diujung Gang Banten, tiba-tiba ada dua orang menggunakan penutup wajah yang langsung menghadang. Saat dihadang, SG sempat berlari menuju ke arah rumahnya.

“Dia (SG) sempat lari balik lagi menuju ke rumahnya warna cat hijau muda. Mungkin dikiranya dua orang yang pakai penutup wajah itu maling makanya lari,”sebutnya.

Sebelum sampai di rumahnya, SG dihadang lagi dan langsung diamankan oleh dua orang anggota polisi berseragam.

“Saat itulah SG diamankan, katanya langsung mau dibawa ke Jakarta,”ungkapnya.

Setelah itu, beberapa anggota polisi berseragam dan pakain preman senjata lengkap dan juga anggota TNI turut melakukan penjagaan diarea sekitar rumah SG.

“Sepertinya Densus 88 memasukkan sejumlah barang ke dalam mobil, tapi barangnya apa yang dibawa saya tidak tahu,”pungkasnya.

Warga lainnya, Marzuki kepada teraslampung.com mengatakan, sebelum penangkapan itu, ia sempat melihat beberapa orang pria yang tidak dikenalnya tengah menunggu di ujung Gang Banten tak jauh dari ruma SG.

“Ada empat orang, dan mereka naik sepeda motor lalu berhenti di depan Ruko Jalan Teuku Umar atau disamping Gang Banten,”ucapnya.

Pada saat itu, kata Marzuki, ia sempat menanyakan kepada empat orang yang tidak dikenalnya tersebut.

“Saya sempat tanya sama mereka ada kepentingan apa. Soalnya dari jam 10.00 WIB, mereka ini hanya duduk sambil minum kopi dan merokok saja. Mereka bilang, katanya ada yang ditunggu,”ujarnya.

Pada saat terdengar suara azan shalat Jumat, empat pria itu langsung pergi dan mereka menyebar diarea sekitar Gang Banten. Ternyata, empat orang ini dari Densus 88 yang sengaja menunggu SG keluar dari rumahnya untuk melaksanakan Sholat Jumat.

“Begitu azan, mereka ini langsung pada lari menyebar. Begitu saya melihat ke arah Gang Banten, SG ini sudah diamankan dan langsung dibawa. Katanya sih, SG diamankan terkait paham radikalisme,”jelasnya.

Menurutnya, SG yang diamankan Densus 88 tersebut, dikenal sangat ramah dan rajin ibadah ke Masjid dan tidak menunjukkan gelagat yang aneh atau mencurigakan.

“Ya kaget dan nggak nyangka aja, soalnya dia (SG) ini selain orangnya ramah juga setiap hari rajin pergi ke masjid,”kata dia.

Dikatakannya, SG tinggal di Gang Banten itu sekitar sejak tiga tahun sekarang ini. Kesehariannya, SG ini sebagai guru les privat dan SG juga buka pengobatan alternatif bekam.

“Tiga tahun dia (SG) tinggal di daerah sini (Kelurahan Sidodadi) bersama istri dan dua anaknya, tapi kedua anaknya itu nggak ada dirumah tapi lagi mondok,”tandasnya.

Terpisah, Lurah Sidodadi, Kecamatan Kedaton, Sapto Haryanto saat dikonfirmasi teraslampung.com mengatakan, Ia baru mengetahui kalau ada salah satu warganya bernama SG, diamankan oleh tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

“Saya juga baru tahu ini mas dan dapat kabarnya dari Ketua RT, kalau ada satu warga yang diamankan Densus 88 siang tadi sekitar pukul 11.30 WIB,”ujarnya.

Saat disinggung apakah ada warga lainnya selain SG yang diamankan Densus 88 Antiteror, Sapto mengatakan, hanya SG yang diamankan. Kemudian mengenai barang apa saja yang dibawa tim Densus 88 dari rumah SG, pihaknya juga tidak mengetahui.

“Nggak tau apa saja yang dibawa dari rumah di (SG), karena pak RT yang ada dilokasi saat diamankannya SG tidak boleh masuk,”tandasnya.

Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad saat dikonfirmasi, membenarkan adanya penangkapan yang dilakukan oleh tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri terkait diamankannya terduga paham radikalisme tersebut.

“Benar, memang ada serangkaian kegiatan dilakukan tim Densus 88 Antiteror di Lampung sejak tanggal 2 Desember dan termasuk hari ini (Jumat). Mengenai teknis dan lengkapnya seperti apa, kami tidak bisa menjelaskan dan silahkan tanyakan langsung ke Kadivhumas Mabes Polri saja,”  katana.

Terkait penangkapan SG terduga paham radikalisme yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian Polresta Bandarlampung dan Polda Lampung.

Diketahui sebelumnya, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah mengamankan empat orang terduga teroris di tiga tempat berbeda di Lampung yakni Kota Bandarlampung, Kota Metro dan Pringsewu, pada 6-7 November 2020 lalu

Kemudian pada Rabu (25/11/2020) lalu, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali menangkap satu terduga teroris pentolan jaringan Poso bernama Syafrudin alias Taufiq Bulaga alias Upik Lawanga di Kampung Sribawono, Kecamatan Seputih Banyak, Lampung Tengah.

Taufik Bulaga, dikenal sebagai ‘profesor’ atau ahli merakit bom yang merupakan anak buah kesayangan dr. Azahari teroris asal Malaysia yang telah ditembak mati di Batu, Malang, Jawa Timur pada 2005 lalu

Dari penangkapan kelima terduga teroris tersebut, Mabes Polri telah menetapkan mereka sebagai kelompok jaringan Jamaah Islamiyah (JI).