Terminal Rajabasa tidak Seseram Dulu, Pemudik tak Perlu Takut

Pemudik dari Pulau Jawa tiba di Terminal Rajabasa Bandarlampung,Sabtumalam (2/6).
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Selama bertahun-tahun, Terminal Bus Rajabasa, Bandarlampung terkenal sebagai terminal paling ‘angker’ di Indonesia. Beberpa tahun lalu, dibandingkan dengan terminal bus lain di Indonesia,  Terminal Rajabasa disebut-sebut ‘lebih seram’ dan lebih ‘angker’.

Itulah sebabnya, banyak pemudik yang menghindari masuk Terminal Rajabasa pada malam hari dan memilih menginap di Pelabuhan Bakauheni. Akibatnya, pemudik pun pada malam hari ‘menumpuk’ di sejumlah selasar Pelabuhan Bakauheni dan Terminal Pelabuhan Bakauheni. Runyamnya, ketika pagi tiba dan mereka siap melanjutkan perjalanan ke kampung halaman, jumlah bus di sering terbatas.

“Keangkeran” dan “keseraman” Terminal Rajabasa sebenarnya beredar dari mulut ke mulut, berdasarkan banyak pengalaman buruk penumpaang. Dulu, suasana Terminal Rajabasa jauh lebih remang bahkan gelap. Petugas polisi pun hanya beberapa saja yang terlihat. Begitu penumpang turun dari bus, biasanya akan “diserbu” para calo tiket dan penawar jasa angkut barang. Kerap terjadi pemalakan oleh para calo dan petugas jasa angkut. Mereka memaksa penumpang membayar jasa yang mereka patok sesukanya.

Tak jarang, aksi kriminal terjadi di dalam terminal. Wajah-wajah angker para preman berbalut penawar jasa angkut seolah menjadi gambaran umum ‘keangkeran’ dan ‘keseraman’ Terminal Rajabasa saat itu.

Meskipun ada jaminan keamanan dari aparat kepolisian, hingga 2014 lalu masih banyak pemudik dari Pulau Jawa menuju sejumlah daerah di Pulau Sumatera lebih memilih bermalam di Pelabuhan Bakauheni sebelum melanjutkan perjalanan menuju kampung halamannya. Mereka bermalam di pelabuhan karena menghindari tiba di Terminal Rajabasa pada malam hari atau dini hari.

BACA: Terminal Rajabasa Dijaga 40 Personel Polisi Bersenjata Lengkap

Selain masih banyak pohon besar dan terkesan masih seperti hutan, para calo dan preman di Terminal Rajabasa memang terkenal ganas. Para calo biasanya akan langsung menarik penumpang atau membawa barang penumpang tanpa persetujuan pemiliknya.

“Saya sudah beberapa kali dihajar calo dan preman di Terminal Rajabasa hanya gara-gara saya menolak barang bawaan saya dibawa ke bus mereka. Saya ditarik ke belakang terminal lalu barang-barang bawaan dan dompet saya dirampas. Di dalam terminal ada pos polisi, tetapi para calo dan preman tetap beraksi,” kata Ramlan, warga Jakarta.

“Makanya, meskipun polisi katanya menjamin Terminal Rajabasa aman, saya tetap tidak berani langsung naik bus malam hari menuju Rajabasa. Lebih baik tidur di pelabuhan. Besok pagi baru melanjutkan perjalanan,” imbuh Ramlan.

Karena banyak pemudik yang bermalam di Pelabuhan Bakauheni, ruang tunggu Pelabuhan Bakauheni yang berada di antara tempat penjualan karcis dengan gangway menuju kapal jadi penuh. Ruang seluas 300 meter persegi itu dipenuhi pemudik yang tidur atau duduk-duduk melepas lelah sambil menunggu pagi tiba. Bahkan, di selasar-selasar pelabuhan pun banyak pemudik yang tidur. Biasanya, para penginap akan bertambah banyak pada tiga hari hingga sehari menjelang Idul Fitri.

Keseraman Terminal Rajabasa tempo dulu juga masih ditambah “horor” cerita perjalanan dengan bus dari Terminal Pelabuhan Bakauheni menuju Terminal Rajabasa. Sejak dulu, perjalanan dengan bus dari Bakauheni menuju Rajabasa — bus AC maupun bus kelas ekonomi — kerap diwarnai horor.

BACA: Fasilitas dan Pelayanan Terminal Rajabasa Dinilai Sudah Jauh Lebih Baik

Di jalur Bakauheni-Rajabasa, dulu dikenal sebagai jalur yang rawan kriminalitas. Selain aksi para copet, di atas bus jurusan Bakauheni—Rajabasa juga sering terjadi perampokan oleh sekelompok perampok. Perampok biasanya akan menghentikan bus di tengah jalan dengan pura-pura sebagai penumpang. Setelah berada di dalam bus, kawanan perampok itu akan memaksa para penumpang menyerahkan semua hartanya.

Cerita-cerita seram masa lalu itu tidak mudah dihapus ingatan para pemudik. Itulah sebabnya, ketika pengelola Terminal Rajabasa berbenah dengan memperbaiki aneka fasilitas dan jaminan keamanan, masih banyak pemudik yang enggan masuk terminal.

Sekretaris Badan Litbang Kemenhub, Sugiadi, mengaku kini Terminal Rajabasa sudah jauh lebih baik dibanding beberapa tahun lalu. Sebab itu, Sugiadi meminta pihak terkait untuk menyosialisasikan kepada para pemudik agar pemudik tidak menumpuk di Terminal Pelabuhan Bakauheni.

“Terminal Rajabasa kini lebih baik. Baik pagi maupun malam hari tidak ada masalah. Keamanan yang dipersiapkan juga, seperti dari kepolisian, TNI, Sat Pol PP dan lainnya sudah cukup memadai, sehingga kondisi Terminal Rajabasa, sudah benar-benar aman,” kata Sugiadi, di sela-sela peninjauan fasilitas Terminal Rajabasa, Minggu (3/7/2016).

“Penumpang sampai sekarang mayoritas masih banyak menunggu di Pelabuhan Bakauheni. Hal ini yang haruslah disosialisasikan oleh petugas Pelabuhan Bakauheni. Pemudik perlu  diberitahu bahwa Terminal Rajabasa kini nyaman dan aman,” kata Sugiadi.

Dengan adanya perbaikan fasilitas, pelayanan, dan jaminan keamanan di Terminal di Terminal Rajabasa, Sugiadi berharap para pemudik benar-benar nyaman dan merasa aman ketika tiba di terminal.

“Para pemudik tidak perlu menginap di Pelabuhan Bakauheni lagi,” katanya.

Penulis: Zainal Asikin
Penyunting: Rama Pandu