Timbulkan Bau Busuk dan Diduga Tak Berizin, Warga Desa Madukoro Desak Pemkab Segera Tutup Peternakan CV Hanura Jaya Farm

Bagikan/Suka/Tweet:

Teraslampung.com, Kotabumi–Puluhan warga Dusun 10, Desa Madukoro, Kotabumi Utara, Lampung Utara mendesak pemerintah untuk menutup operasional peternakan ayam petelur milik CV Hanura Jaya Farm. Selain mencemari udara, peternakan ayam ini juga diduga belum berizin.

Desakan ini mereka sampaikan dalam aksi unjuk rasa di tiga tempat. Ketiga tempat itu adalah kantor Pemkab Lampung Utara, kantor DPRD Lampung Utara, dan terakhir, di lokasi peternakan, Rabu (26/2/2025).

Jalannya aksi unjuk rasa di lokasi peternakan yang juga dihadiri oleh pihak Komisi III DPRD Lampung Utara sedikit alot dan memanas. Sebab, warga ngotot untuk diperlihatkan izin yang diklaim telah dimiliki oleh CV itu. Ternyata, dugaan warga mengenai ketiadaan izin yang dikantongi oleh CV Hanura Jaya Farm sepertinya mendekati kebenaran.

Izin lingkungan atau izin tetangga yang diperlihatkan adalah izin tahun 2018. Itu pun untuk DOC (Day Old Chicken) atau untuk anak ayam berumur satu hari dan bukannya untuk peternakan ayam petelur seperti saat ini. Bahkan, salah seorang warga, Handrayadi mengaku, tanda tangannya yang ada di dalam surat tersebut telah dipalsukan.

“Saya tidak pernah tanda tangan. Tanda tangan saya seperti ini,” kata Handrayadi sembari memperlihatkan KTP-nya.

Handrayadi mengatakan, kala itu persetujuan yang diberikan warga hanyalah untuk ternak DOC. Dengan demikian, peternakan ayam petelur milik CV Hanura jelas belum mengantungi izin resmi. Sebab, warga belum pernah menandatangani persetujuan untuk usaha peternakan ayam petelur tersebut.

“Jadi, tunggu apa lagi. Segera tutup peternakan ini karena sudah mengganggu kenyamanan kami,” tuturnya.

Desakan serupa juga disampaikan oleh Subhan. Menurutnya, keberadaan peternakan ini telah merenggut kenyamanan mereka dalam menghirup udara segar. setiap harinya, mereka dipaksa untuk berdamai dengan bau menyengat dari kotoran ayam yang dihasilkan oleh peternakan tersebut. Belum lagi, banyaknya lalat yang beterbangan di pemukiman mereka. Padahal, kondisi ini tak pernah terjadi sebelum peternakan itu berdiri.

“Kami tak antipati terhadap pelaku usaha, tapi tolong pikirkan kenyamanan kami juga,” kata dia.