Oleh : Ramadhan Nurpambudi*
Hujan lebat melanda wilayah Lampung di penghujung akhir bulan mei yang lalu. Wilayah yang terkena dampak nyata akibat hujan lebat tersebut adalah kecamatan Talangpadang kabupaten Tanggamus. Hujan lebat yang terjadi sekitar pukul 14.30 waktu setempat mengakibatkan meluapnya sungai tangsi dan langsung membanjiri pemukiman bantaran sungai tersebut setinggi 1 meter. Beberapa desa disekitarnya juga terkena imbasnya yaitu Banjarsari, Kebon Kelapa, Kalibening, Kampung Duren, Mega 1, dan Mega 2. Tidak ada korban jiwa dalam banjir bandang ini, namun warga merugi karena rumahnya dimasuki air sungai dan merusak beberapa isi rumah.
Hujan yang terjadi pada saat itu memang sangat lebat tercacat dari pos hujan yang berada di daerah Sumber Rejo yang lokasinya tidak jauh dari lokasi banjir bandang sebanyak 135,2 mm hanyak dalam waktu kurang lebih 2 jam. Hujan tersebut sudah masuk dalam kategori hujan yang sangat lebat dan ekstrim. Sedangkan dari data pos hujan yang berada di daerah Pandan Surat tercatat hujan pada saat itu sebanyak 45,2 mm yang termasuk dalam kategori hujan lebat.
Dari analisis meteorologi pada saat kejadian banjir tersebut disebabkan adanya tekanan rendah di sebelah barat Sumatera menyebabkan aliran massa udara bergerak dari utara hingga timur laut menuju ke selatan hingga barat daya. Kondisi tersebut menghasilkan shear (belokan angin) di sekitar wilayah Lampung mulai dari Selat Sunda bagian utara menju ke Selat Sunda bagian selatan, kondisi ini sangat mendukung untuk terbentuknya awan-awan konvektif (cumulunimbus) pada siang hingga sore hari. Hal ini didukung dengan kelembaban yang cukup tinggi (70% – 95%) mulai dari lapisan 850mb – 500mb. Lapisan tersebut merupakan lapisan inti dari sebuah sistem perawanan, dari kelembaban dan pergerakan angin pada lapisan tersebut dapat diperkirakan potensi apakah awan (cumulunimbus) dapat terbentuk atau tidak.
Kondisi suhu muka laut pada saat kejadian cukup hangat berkisar 30°C – 31°C. Keadaan ini sangat berpotensi untuk memulai pertumbuhan awan-awan konvektif pada siang hari akibat dari proses konveksi yang dimulai pada pagi hari. Nilai anomali suhu muka lautnya berkisar 1°C – 1,75°C terhadap normalnya. Untuk menjadi sebuah awan sangat bergantung dari jumlah uap air yang menguap ke langit dan di lautan kandungan uap air sangat melimpah, jika suhu muka laut pada saat tersebut mendukung proses penguapan maka awan yang terbentuk juga akan sangat banyak.
Analisa udara atas berdasarkan pengamatan Pibal (Pilot Ballon) tanggal 30 Mei 2016 jam 00.00 UTC (07.00 WIB) untuk lapisan bawah di dominasi adveksi panas dan di lapisan atas didominasi adveksi dingin, dengan begitu kondisi atmosfer pada saat tersebut adalah Labil . Adveksi disini adalah penyebaran massa udara secara horizontal berbeda dengan konveksi yang bergerak secara vertikal. Kondisi labil erat hubungannya apakah udara bisa naik ke atas atau tidak, sedangkan apabila kondisi atmosfer stabil maka udara banyak berputar di lapisan bawah dan tidak bisa naik ke atas. Kondisi atmosfer labil tersebut menyababkan massa udara akan terangkat naik ke atas dan termampatkan di lapisan atas sehingga ada potensi terbentuknya awan-awan konvektif pada siang hingga sore hari.
Dari analisa citra satelit pertumbuhan awan terjadi mulai pukul 12.00 wib lalu berkembang dengan cepat hingga pukul 13.00 wib dan puncaknya pada pukul 14.00 wib hingga 15.00 wib terjadi hujan lebat yang menyebabkan banjir tersebut terjadi. Dari pantauan citra satelit terdapat beberapa sistem awan cumulunimbus di wilayah Lampung dan salah satunya sistem yang besar terdapat di sekitar wilayah terjadinya banjir. Suhu puncak awan terdeteksi antara (-62˚C) sampai (-100˚C) bisa dikatakan pada saat kejadian kondisi awan cumulunimbus menjulang sangat tinggi (sekitar 10 km). Berdasarkan analisis terhadap produk citra satelit terdeteksi hujan lebat antara jam 14.00 wib hingga 15.00 wib sesuai dengan jam kejadiaan banjir pada saat tersebut. Kondisi kelembaban atmosfer sangat lembab di sekitar lokasi kejadian banjir pada saat kejadian banjir bandang tersebut.
Kami dari BMKG Lampung telah memberikan peringatan dini bahwa diprediksi akan terjadi hujan lebat dan juga angin kencang di beberapa wilayah termasuk Tanggamus sebelum terjadinya banjir bandang tersebut melalui facebook (Info Cuaca Bmkg Lampung), website (stametlampung.com), dan juga grup whatsapp. Namun info yang kami berikan ini belum mampu menjangkau keseluruhan masyarakat.
Prospek kondisi cuaca kedepannya untuk wilayah Tanggamus dan sekitarnya berdasarkan analisa meteorologi umumnya berawan dan hujan masih akan berpotensi turun dengan intensitas ringan-sedang hingga 1 minggu kedepan terutama sore hingga malam hari. Keadaan ini didukung dengan masih adanya tekanan rendah di sebelah barat Sumatera yang perlahan bergeser ke selatan. Selalu waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi saat ini dan juga selalu update berita tentang cuaca yang terjadi melalui media sosial dan juga website yang telah kami sediakan.***
* Prakirawan Stasiun Meteorologi Radin Inten Lampung