BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com – Masyarakat adat Adat Saibatin Wayhandak, Kabupaten Lampung Selatan, menggugat Menteri Kehutananan ke Pengadilan Tata Usaha Negara karena telah mengeluarkan SK Menteri Kehutanan Nomor ; 422/ Menhut-II/ 2014 tertanggal 25 April 2014 tentang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Gunung Rajabasa. Dengan mengantongi izin tersebut, PT Supreme Energi kini mengeksplorasi panas bumi Gunung Rajabasa
Surat gugatan tersebut sudah disampaikan Masyarakat Adat Saibatin Wayhandak Kalianda Lampung Selatan ke PTUN Jakarta, Kamis (24/7) , dengan nomor perkara 152/G/2014/PTUN-JKT.
Dalam gugatan, Masyarakat Adat Wayhandak diwakili Pangeran Cahya Marga Saibatin Marga Keratuan,Galih Patih Gemulung bersama Hulubalang, dan Punggawa Adat Wayhandak.
Para warga adat Wayhandak Lampung Selatan mengaku, sejak awal pihaknya sudah menolak keras penambangan di kawasan Gunung Rajabasa. Menurut mereka, langkah hukum itu diambil sesuai dengan hasil musyawarah lima Marga Saibatin Wayhandak yang menyatakan sikap menolak keras penambangan yang akan dilakukan PT Supreme, pada awal Juli 2014 lalu.
“Tujuan gugatan agar SK Menhut nomor ; 422/ Menhut-II/ 2014 tertanggal 25 april 2014 tentang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Gunung Rajabasa ditinjau ulang, dicabut, dibatalkan. SK Menhut tersebut lemah dan cacat hukum. Banyak hal hal yang tidak wajar,” kata Temunggung Tongkok Podang, salah satu tokoh adat Waykandak, Kamis malam (24/7).
Bagi masyarakat adat Wayhandak Lampung Selatan, Gunung Rajabasa merupakan simbol nilai nilai adat budaya masyarakat Saibatin. Gunung Rajabasa termasuk salah satu pilar Kerajaan Adat Saibatin Paksipak Sekala Brak, di samping empat gunung lain di Lampung. Yakni, Gunung Seminung, Gunung Pesagi, dan Gunung Tanggamus.
Menurut Temunggung Tongkok Podang, selain alasan terkait dengan adat, masyarakat adat Wayhandak menolak eksplorasi dan eksplotasi Gunung Rajabasa juga punya alasan yang ilmiah.
“Panas bumi itu bagus, ramah lingkungan, tetapi tidak tepat di Gunung Rajabasa. Sebab, Gunung Rajabasa adalah gunung tunggal, tidak banyak menyimpan air. Buktinya, tidak ada mata air dan sungai besar dari Gunung Rajabasa. Karena itu, kami akan berjuang keras menyelamatkan Gunung Rajabasa sebagai sumber mata air untuk anak cucu,” kata dia.
“Tinggalkan mata air. Jangan tinggalkan tangis air mata,” imbuhnya.
Baca Juga: Misteri Gunung Rajabasa
Baca Juga: Paperahan, Cara Warga Sumur Kumbang Menutup Tahun