Toni Sapu Jagat, Jejaknya Diwarnai Kontroversi

Toni Sapu Jagat/Ist
Bagikan/Suka/Tweet:

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Sepak terjang Toni Sapu Jagat di Kabupaten Tulangbawang diwarnai penuh kontroversi. Meski lolos dari penyergapan puluhan polisi dan ditetapkan sebagai DPO pada Desember 2012, tetapi pada Mei 2014 pria kelahiran 1968 itu muncul di hadapan publik. Tepatnya ketika ia mengklaim sebagai penerima kuasa ahli waris Raden Sahri, pada akhir Mei 2014.

Ketika itu Toni mengancam akan menutup akses RSUD Menggala Kabupaten Tulangbawang mulai pintu masuk hingga pintu keluar rumah sakit. Langkah itu akan dilakukan Toni jika Pemkab Tulangbawang tidak memberikan ganti rugi sebesar Rp2 miliar kepada dirinya yang sudah diberi kuasa oleh ahli waris yang diklaim sebagai pemilik tanah yang ditempati RSUD Menggala.

Ketika itu Toni Sapu Jagat dan Esran Raden Sahri meengaku sudah mengirimkan surat resmi kepada Bupati Tulangbawang Hanan A Rozak dan Wakil Bupati Heri Wardoyo
agar tanah yang disebutnya sebagai ‘dipakai’ oleh Pemkab Tulangbawang segera diselesaikan.

Dalam surat tersebut Toni memberikan tenggat waktu dua minggu kepada Pemkab Tulangbawang untuk segera menyelesaikan sengketa lahan. Kalau tidak ada tanggapan, Toni Sapu Jagat dan keluarga Raden Sahri akan menggelar aksi demo besar-besaran dan akan menyegel bahkan menutup akses keluar masuk RSUD Menggala.Toni juga mengancam akan mengusir paksa penghuni RSUD Menggala.

Mendapatkan gertakan seperti itu, Bupati Hanan A Razak tidak takut. Ia berkukuh bahwa tanah yang dipakai oleh RSUD Menggala merupakan aset milik Pemkab Tulangbawang.Toni memang tidak merealisasikan ancamannya. Namun, dari kasus itu muncul keanehan: kenapa ketika Toni muncul di muka publik sepertinya tidak ada reaksi dari pihak kepolisian? Bukankah pihak Polresta Tulangbawang beberapa bulan sebelumnya sudah menetapkan Toni Sapu Jagat sebagai DPO?

Penggerebekan Toni Sapu Jagat hingga berujung tewasnya bandar narkoba paling dicari
oleh polisi di Lampung itu, tentu bukan akhir penuntasan kasus narkoba di Lampung. Seandainya dalam penyergapan itu Toni bisa ditangkap dan tidak ditembak mati, peluang untuk mengungkap jaringan narkoba lainnya akan lebih besar.

Polisi sendiri punya alasan kenapa Toni terpaksa dilumpuhkan dengan cara ditembak.Menurut Kapolda Lampung Brigjen Heru Winarko, saat penggerebekan pada Selasa siang (24/2/2015), Toni melakukan perlawanan dengan melepaskan tembakan ke arah petugas.