How To  

Tips Menulis: Ledakkan Idemu, agar Kepalamu tidak Meledak!

Gola Gong (berbaju putih)
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Ibu dan Bapak saya guru. Pada masa mereka, cita-cita jadi penulis sangat aneh. Tapi ketika saya ingi jadi penulis, mereka membekali saya dengan perpustakaan di rumah. Koran, majalah dan buku jadi menu sehari-hari. Guru-guru di sekolah juga sering menyemangati saya. Para guru saya di SD, SMP, dan SMA mendorong saya untuk menggali potensi menulis (seni) saya. Saat SD diajaknya saya berpameran (menggambar), didorongnya saya membuat komik di SMP, di SMA saya bersemangat membuat majalah. Kemudian saya berhasil jadi penulis. Itu berkat guru. Saya pun ingin menjadi guru.

Lalu cita-cita saya jadi guru, pelan-pelan saya wujudkan. Sejak 1990, saya mulai terjun ke dunia pelatihan menulis, menjadi guru. Saya mengawalinya dengan majalah HAI. Saya berbagi pengalaman menulis dengan pelajar, mahasiswa, bahkan guru-guru yang bersemangat ingin menjdi penulis.

Bebeberapa sekolah dan kampus di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi mengundang saya. Rata-rata mereka penasaran dengan : seperti apakah ujud “Gol A Gong”, hehehe… Makhluk berjenis apakah saya itu dengan nama yang aneh. Di sela-sela itu, saya dan istri – pelan-pelan – mewujudkan “Rumah Dunia” di Banten bersama para sahabat. Saya akhirnya punya “sekolah menulis” di Rumah Dunia. Saya jadi guru tetap di Rumah Dunia. Guru nonformal/informal. Tetap menyenangkan.

Selama puluhan tahun saya jadi guru menulis, di setiap pelatihan, persoalannya nyaris sama: 1. Bagaimana mencari dan menemukan ide, 2. Setelah ide didapat harus diapakan?
Saya “menemukan” konsep yang sangat sederhana. Ini sangat praktis dan efektif diterapkan ke para pemula atau calon penulis. Bagaimna kita memperlakukan ide secara terhormat, sehingga jadi produktif? Ayo: Ledakkan Idemu, agar Kepalamu tidak meledak!

Saya sering menjumpai kondisi para guru yang sangat hapal definisi-definisi tentang pelajaran mengarang; unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Tapi ketika mempraktekkannya kesulitan. Bahkan sering para guru menganggap, bahwa cerita fiksi itu adalah karya rekaan. Mereka tidak menduga, bahwa menulis novel itu ada pre-writing (riset), writing, dan revising. Menulis itu tidak sekadar khayalan, ternyata juga bisa berdasarkan kisah nyatta. Sering saya mengatakan, menulis itu pekerjaan terhormat, sama terhormatnya dengan profesi dokter, insinyur dan dosen. Menulis itu pekerjaan intelektual, hal yang sering disematkan kepada dosen, dokter, dan insinyur.

Nah, jika para guru ingin belajar menulis (jurnalistik, essay, novel dan cerpen) datang saja ke Rumah Dunia. Terutama guru-guru di seputar Banten. Tapi, jika jauh, bisa belajar menulis secara on line dengan saya, silahkan kontak lewat SMS atau inbox istri saya ; @Tias Tatanka di 081906311007. .
Terima kasih, wahai guruku yang tercinta.

Siapa pun Mendikbudnya, semagat mengabdi tetap menggelora!

*Gola Gong, novelis dan pengelola Rumah Dunia, Serang, Banten