Tomi Lebang
Sebelum melangkahi ambang pintu gedung komisi itu, ia masih sempat menyemprotkan kata-kata jumawa, yang datang dari laki-laki yang percaya, dirinya tak bersalah: audit BPK itu ngaco!
Lalu ia berjalan dengan tegap, tak buru-buru.
Berjam-jam di dalam gedung, khalayak terbelah. Jantung-jantung berdegup, napas-napas berpacu, diskusi publik digelar di tempat nyata dan dunia maya untuk topik “ngaco”.
Kata-kata harapan bersilangan, caci-maki berseliweran.
Dua belas jam kemudian, menjelang tengah malam, ia muncul kembali di ambang pintu KPK.
Wartawan mengerubung seperti laron mendapatkan cahaya. Dan yang keluar dari gedung KPK memang Basuki Tjahaja Purnama.
Ia masih laki-laki yang tadi melangkahi ambang pintu KPK dengan tak buru-buru. Tak ada wajah pias, tak terlihat langkah gontai seorang yang goyah oleh fakta-fakta yang ditunjukkan para pemeriksa. Ia bahkan tak terlihat lelah. Ia menghadapi para wartawan dengan bahasa dan tekanan suara yang sama.
Ia tak seperti mereka yang diperiksa: masuk dengan tegap, keluar dengan gontai. Masuk dengan kepala mendongak, keluar dengan wajah ditekuk. Masuk dengan tangan melambai-lambai, keluar terbirit-birit menghindari kamera. Atau yang masuk berbatik, keluar dengan kemeja berlapis rompi warna oranye.
Ia masih orang yang sama. Laki-laki dari Belitung. Gubernur saya.
Sekali ini, selamat pagi Tuan Ahok!