Ubet dan Uber

Bagikan/Suka/Tweet:

Alois Wisnu Hardana

“Ubet” dalam bahasa Jawa berarti jeli melihat peluang. Saya terkagum-kagum dengan fenomena Go-jek, Grabbike, dan juga UBER Taxi. Para penggagasnya, adalah orang yang “ubet”, jeli melihat peluang.

Mereka yang kemudian bergabung dalam bisnis ini juga tergolong orang yang ubet. Kisah tentang alih profesi menjadi Gojekers sudah banyak diceritakan orang di media atau media sosial. Kali ini saya ingin cerita tentang perjuangan seorang teman, yang juga jeli melihat fenomena Uber Taxi. Saya sendiri adalah konsumen yang sudah memanfaatkan layanan taksi berjaringan ini. Sejauh ini, memuaskan dan memudahkan. Juga lebih hemat dibandingkan taksi reguler.

Yang tak saya sangka adalah ide out of the box dari seorang kawan baik, dalam memanfaatkan peluang bisnis yang bisa muncul dari layanan Uber.

Mula-mula sang istri meminta untuk menggunakan jasa sopir pribadi. Kawan ini lalu mengalkulasi, setidaknya akan ada pengeluaran ekstra sekitar 2,5 – 3 juta rupiah per bulan untuk menggaji sopir. Belum termasuk biaya BBM.

Kira-kira, ide apa yang dieksekusi kawan baik ini sehingga ia saya sebut manusia ubet? Begini jalan keluarnya: Ia mencari sopir yang akan diajak bekerja untuknya. Tapi sistem kerjanya bukan gaji bulanan sebagaimana yang diminta sang istri, melainkan sistem kerja sama. Kok? Bagaimana bentuk kerja samanya?

Kawan ini, mendaftarkan diri untuk menjadi penyedia jasa kendaraan di Uber Taxi. Ia berpikir, toh jika ia menggaji sopir, tugas sang sopir hanya menjemput dari rumah, mengantar ke kantor dan sebaliknya. Di luar waktu itu, mobil dan sopirnya idle alias menganggu, parkir di kantor.

Jika ia mendaftarkan mobil dan sopirnya di layanan Uber, pagi hari sang sopir bisa “dipesan” untuk mengantar istrinya lewat sistem atau aplikasi Uber. Ia menggunakan jasa Uber, tapi memberikan keuntungan buat dirinya sendiri. Sesampai di kantor, mobil dan sopir bisa bekerja untuk melayani pelanggan lain sampai dengan sore hari ketika sang istri sudah waktunya pulang. Tinggal mobil merapat ke dekat kantor sang istri, lalu mengorderlah sang istri layanan Uber. Sang sopir mengambil order, mengantar sang istri pulang ke rumah.

Maka, terbayanglah kegembiraan teman saya ini. Uang 2,5-3 juta yang tadinya harus dikeluarkan, kini justru bisa diputarbalikkan menjadi pendapatan….

Cerdas bukan?