TERASLAMPUNG.COM — Suaka Rhino Sumatera ( SRS) Taman Nasional Way Kambas ( TNWK) hari ini merayakan hari ulang tahun ke-1 Delilah, anak badak buah perkawinan badak jantan bernama Andalas dan badak Ratu. Perayaan ultah berlangsung sederhana tetapi khidmat..
Sejak masih berada di perut ibunya, badak Delilah sudah menjadi perhatian dunia. Maklum saja, badak termasuk satwa langka yang perkembangbiakannya sangat lambat. Ketika badak Ratu hamil, para peneliti satwa dan pecinta lingkungan hidup di seluruh dunia pun sangat senang.
Badak Ratu menghuni SRS Taman Nasional Way Kambas sejak 2005. Sedangkan badak Andalas baru pada 2007 menemani badak Ratu. Andalas sendiri adalah badak sumatera pertama yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat. Ia baru dipulangkan kembali ke Indonesia pada tahun 2007. Pada saat ini Andalas berumur 15 tahun. Kepulangannya ke Indonesia dan ditempatkan di SRS Way Kambas juga menjadi sorotan dunia.
Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Agus Justianto, mengatakan populasi badak yang sudah mulai langka habitatnya. Untuk itu Pemerintah Pusat maupun Daerah dan para pemangku kepentingan terkait harus bersinergi dalam upaya perlindungan.
“Populasi Badak di Indonesia sekitar 57 sampai 60 ekor untuk badak Jawa dan kurang lebih 100 ekor untuk badak Sumatera. Ini menjadikan mamalia besar Indonesia ini sangat langka. Di saat populasi badak langka, tepat satu tahun yang lalu SRS lahir lagi seekor badak,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Agus Justianto, yang hadir dalam perayaan ultah badak Delilah, Jumat (12/5/2017).
BACA: Hore! Ratu, Badak Betina Penghuni SRS Taman Nasional Way Kambas Lahirkan Anak Kedua
Menurut Justianto, Pemerintah Pusat maupun Pemda dan pemangku kepentingan lainnya harus mampu memberikan perlindungan, dan menjadikan SRS sebagai tempat terbaik untuk populasi badak di Lampung.
Dengan semakin bertambahnya populasi badak di SRS, memerlukan ruang yang lebih luas. Itulah sebabnya, Dirjen KSDAE mengeluarkan SK 307/KSDAE/SET/KUM.0/9/2016, areal Suaka Rhino Sumatera (SRS) siap akan dikembangkan seluas 250 Ha. Saat iniprosesnya mulai dilaksanakan,
“Berdasarkan pengamatan, seekor badak diperkiran harus mempunyai luas habitatnya sekitar 20 hektare. Total badak disini 7 ekor, kurang lebih membutuhkan paling 140 hektare. Desain rancang bangun telah disusun sehingga rencana perluasan infrastruktur SRS tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi hutan dan lingkungannya,”tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Budiharto, menuturkan SRS TWNK berhasil mengembangbiakan 2 ekor badak Sumatera.
“SRS ini merupakan penangkaran secara in-situ di habitat alaminya, dan dalam kurun waktu 2 tahun berhasil perkembangbiakan secara alami dengan kelahiran Andatu tahun 2012 dan kelahiran Delilah tahun 2016. Prestasi ini tidak hanya membanggakan masyarakat dan Pemprov Lampung saja, namun juga bangsa Indonesia dan dunia,”ujarnya dengan bangga.
Budiharto menegaskan bahwa dalam mensukseskan pelestarian badak Sumatera diperlukan dukungan dan kerjasama semua pihak.
“Seluruh elemen masyarakat agar mampu memberikan peran dalam pelestarian badak, agar populasi mereka yang hampir punah ini mampu kita jaga,”tuturnya.