BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Defisit daya listrik di Lampung ternyata tidak hanya disebabkan sering rusaknya PLTU Tarahan dan tidak berfungsinya PLTA Batu Tegi (Kabupaten Tanggamus) dan Way Besai (Kabupaten Lampung Barat).
Selama ini PLN ternyata terkendala izin pemerintah daerah untuk bisa membangun pembangkit listrik baru di Lampung. Hal itu terungkap dalam konferensi pers yang digelar PLN Lampung di sebuah rumah makan di Bandarlampng, Senin (3/11/2014).
Manajer Humas PT PLN Wilayah Lampung, I Ketut Dharpa, mengatakan kondisi listrik di Lampung saat ini sangat memprihatinkan. Dengan pelanggan lebih dari 1 juta, seharusnya Lampung memiliki daya terpasang sekitar 1.000 MW.
Dengan beban puncak mencapai 819 MW, kata Ketut, Lampung idealnya memiliki cadangan daya listrik 30 persen dari daya beban puncak 819 MW, sedangkan sekarang ini yang ada hanyalah pas-pasan. Artinya, ya hanya 819 MW itulah daya listrik yang dimiliki Lampung. Itu pun sebagian di antaranya merupakan sumbangan dari wilayah Sumatera bagian selatan yang dialirkan melalui jaringan interkoneksi.
“Kita punya daya listrik yang ada ya cuma segitunya (pas-pasan), . makanya jika diibaratkan mesin mobil dan motor harus dipelihara dan diservis terus. Saya juga berharap instansi terkait dapat memudahkan PLN dalam hal pengurusan perizinan , dibantu solusinya ,” kata Ketut, Senin (3/11).
Untuk memenuhi daya listrik, menurut Ketut, PLN akan terus membangun pembangkit listrik di jalur timur. Antara lain di Sribawono dan Labuhan Maringgai (Lampung Timur).
Menurut Ketut, pembangunan pembangkit listrik di jalur timur selama ini terkendala masalah perizinan. Perizinan dari pemerintah daerah baru ada pada 2014.
“Setelah izin keluar, pada Januari 2015 hingga akhir Desember 2014 kami memproyeksikan bisa membangun pembangkit listrik sehingga akan ada tambahan daya sebesar 300 Mw .Dengan begitu, mulai tahun 2016 Lampung sudah tidak mengalami defisit daya lagi.” katanya.
Menurut dia, bila dalam keadaan blackout, PLN tidak bisa mengatur berapa lama pemadaman karena semuanya padam. Secara bertahap PLN akan melakukan pemulihan.
“Ini berbeda dengan pemadaman bergilir. Kalau pemadaman bergilir, kami bisa mengatur waktunya antara 3 sampai 4 jam. Kali ini yang terjadi adalah black out , semunya padam dan tidak bisa dilakukan bergilir,” kata dia.
Ketut mengaku selama ini banyak pelanggan PLN yang protes, tetapi tidak ada yang mendatangi kantor PLN.Menurut Ketut, pihaknya sudah proaktif dengan membuat surat kepada gubernur, Kejati, Kapolda, Oumbudsmen, KIP, dan seluruh bupati/walikota se-Lampung. Juga menggelar talkshow di RRI.
“Kami memberikan jawaban melalui sms dan telepon. Semuanya kami jawab dan kami jelaskan .Kami berikan informasi secara transparan mungkin. Kami meminta Pemda memberikan dukungan perizinan agar pembangkit baru bisa dibangun dan krisis listrik bisa segera diatasi,” kata Ketut.
Mas Alina Arifin