Zainal Asikin | Teraslampung.com
LAMPUNG SELATAN–Kurang adanya perhatian pemerintah membuat masyarakat Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, berinisiatif membangun jembatan penghubung diatas saluran irigasi yang sebelumnya roboh pada Oktober 2020 lalu secara swadaya.
Jembatan yang dibangun diatas saluran irigasi tepatnya di Dusun Ponorogo, Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo oleh dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi tahun 1987 silam dengan panjang 15 meter dan lebar 3 meter ini, merupakan sebagai akses utama transportasi dan sangat vital bagi masyarakat.
Robohnya dinding jembatan penghubung ini, selain termakan usia juga pada bagian kontruksi bangunan dinding jembatan tidak ada besi satu pun sebagai penguat kontruksi pada bangunan jembatan tersebut.
Pantauan teraslampung.com dilokasi, masyarakat bergotong-royong melakukan perbaikan jembatan yang ambrol diatas saluran irigasi, dan tampak terlihat Kepala desa (Kades) Sidorejo, Tommy Yulianto ikut turun langsung membantu warga membuat bangunan dinding jembatan yang ambrol tersebut.
Mulyono (45), salah satu tokoh pemuda setempat yang melakukan pengawasan terhadap pembangunan jembatan tersebut mengatakan, pembangunan jembatan diatas saluran irigasi ini dirasa warga sangatlah penting. Karena jembatan ini, sebagai akses penghubung dari beberapa desa di Kecamatan Sidomulyo.
“Tapi lebih pentingnya lagi, jembatan yang dibangun secara swadaya ini untuk memudahkan warga mengangkut hasil pertanian dan perkebunan, anak-anak menuju ke sekolah, warga berangkat ke kantor maupun ke pasar serta aktivitas lainnya,”ujarnya kepada teraslampung.com saat ditemui dilokasi, Sabtu (21/11/2020).
Menurutnya, pasca robohnya dinding jembatan penghubung ini, mengakibatkan tanah urukan jembatan longsor sehingga hanya bisa dilalui kendaraan roda dua saja. Masyarakat khawatir tanah urukan diatas jembatan semakin longsor dan melebar, ditambah lagi jika datang musim penghujan. Akibatnya, sama sekali tidak bisa dilalui nantinya.
“Untuk itu, pembangunan jembatan ini perlu dan segera dilakukan meski secara swadaya. Alhamdulilah, pembangunan jembatan ini bisa dilaksanakan mulai hari ini. Pengerjaannya, ditargetkan selesai selama sepekan dan itupun jika tidak ada kendalanya,”ucapnya.
Inisiatif membangun jembatan secara swadaya ini, kata Mul, merupakan inisiasi dirinya dan warga. Sebelumnya, ia dan warga sudah mengajukan pembangunan secara swadaya ke pihak desa dua minggu lalu. Namun masih belum dapat dilakukan, karena harus dimusyawarahkan terlebih dulu. Setelah ada kesepakatan bersama dan persetujuan dari pihak desa dan Uspika Sidomulyo, barulah pembangunan jembatan ini bisa dilaksanakan.
“Begitu sudah ada kesepakatan bersama, barulah saya berinisiatif melakukan pengajuan proposal dan proposal ini diketahui dan ditandatangani panitia pelaksana, lingkungan, RT, RW, Kepala Desa Sidorejo, Camat Sidomulyo, Kapolsek serta Danramil Sidomulyo,”kata bapak dua orang anak ini.
Mul mengutarakan, anggaran yang diajukan di proposal untuk perbaikan jembatan seperti pembuatan talud atau dinding jembatan penahan tanah dengan tinggi 4 meter lebih, panjang 20 meter, lalu urugan base untuk menimbun jembatan dan talud penahan dinding jembatan dan lainnya senilai Rp 14.438.000 meski anggaran tersebut sepertinya dirasa masih kurang.
Proposal bantuan dana itu, lanjut Mul, kami ajukan kepada para pemilik usaha yang ada di Desa Sidorejo serta Desa lainnya di Kecamatan Sidomulyo dan masyarakat setempat. Dari proposal yang kami ajukan kepada para pemilik usaha ini, mereka banyak membantu tapi dalam bentuk material seperti semen, pasir dan batu.
“Dana yang terkumpul saat ini sekitar Rp 3 juta, dan masih jauh daripada cukup. Selain untuk dana pembangunan jembatan, juga diperlukan untuk biaya tukang, makan dan minum selama pembanguan serta operasional lainnya. Untuk itu, saya mengharapkan bantuannya untuk kelanjutan pembangunan jembatan penghubung ini,”terangnya.
Dia menambahkan, sebelumnya, warga sudah mengusulkan pembangunan jembatan penghubung ini ke perwakilan PU Lampung Selatan yang ada di Kecamatan Sidomulyo serta Pemerintah daerah Lampung Selatan melalui pihak Kelurahan/Desa. Namun sampai saat ini, belum ada realisasi dan kejelasannya.
“Karena tidak kejelasan yang pasti ini, maka kami dan warga lainnya bernisiatif memperbaiki jembatan penghubung ini secara swadaya meski dengan keterbatasan dana,”tandasnya.
Sementara Kepala desa (Kades) Sidorejo, Tommy Yulianto menjelaskan, jembatan yang berada di Dusun Ponorogo dan dibangun diatas saluran irigasi ini, sebagai akses utama dan vital karena menghubungkan dari beberapa desa dan juga sebagai penghubung di tiga Kecamatan di Lampung Selatan.
“Robohnya jembatan penghubung ini, dimungkinkan karena sudah termakan usia ditambah lagi banyak dilalui kendaran besar roda empat mengakut hasil bumi dan lainnya. Sehingga mengakibatkan bangunan fisik jembatan, dinding penyangganya roboh,”ujarnya.
Menurutnya, kontruksi jembatan yang dibangun diatas saluran irigasi ini, dibangun sekitar tahun 1987 silam dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar 3 meter.
Pasca robohnya dinding jembatan tersebut, kata Kades dua periode ini, aktivitas warga seperti jalur angkutan hasil bumi dan lainnya menjadi terhambat. Karena jalan ini merupakan akses utama, sehingga warga yang hendak melintas harus berputar arah melalui Desa Campang Tiga, Transtanjungan, Rantau Minyak dan jalur desa Lainnya.
“Robohnya dinding jembatan penghubung ini, sudah kami laporkan ke perwakilan PU Kecamatan Sidomulyo dan instansi terkait dinas PUPR Lampung Selatan. Akan tetapi memang, belum ada informasi lanjutan mengenai hal tersebut,”pungkasnya.