Warga Lampung Selatan Ini Meraup Untung Besar dari Budidaya Ikan Patin

Rudiyanto alias Rudi (28), warga Desa Margodadi, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, suskes budidya ikan patin dan cuan ratusan juta.
Rudiyanto alias Rudi (28), warga Desa Margodadi, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, suskes budidya ikan patin dan cuan ratusan juta.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN–Karena permintaan pasar selalu tinggi, budidaya ikan konsumsi tidak pernah ada matinya. Hal inilah membuat Rudiyanto alias Rudi (28), warga Desa Margodadi, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, Lampung menekuninya dengan sepenuh hati. Ia pun kini sudah mulai menangguk untung besar dari budidaya ikan patin yang ditekuninya sejak tiga tahun terakhir.

Ikan patin (Pangasius) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat tanah air (Indonesia) maupun dunia. Jenis ikan air tawar satu ini merupakan salah satu ikan yang berkembang dengan cepat. Budidaya ikan patin pun menjadi salah satu pilihan alternatif bisnis yang menjanjikan.

Saat Teraslampung.com mendatangi lokasi kolam milik Rudiyanto yang berada di Dusun Trisakti, Desa Karang Rejo, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, ternyata  berada cukup jauh dari tempat tinggal Rudi. Rudi harus menempuh jarak puluhan kilometer serta melewati medan jalan yang rusak untuk sampai ke lokasi.

Di lahan seluas 2 hektare, ada 19 kolam dengan ukuran bervaritif yang digunakan Rudi untuk budidaya pembesaran ikan patin. Saat Teraslampung.com tiba di lokasi itu, tampak terlihat belasan lelaki dewasa sedang sibuk memanen ikan patin di salah satu kolam berukuran besar.

Siang itu, keadaan cuaca terlihat begitu cerah berawan sehingga memudahkan mata untuk melihat ikan-ikan patin yang sedang berenang di kolam yang akan dipanen secara bertahap. Selain itu, pemandangan persawahan dan kebun sawit berada tidak jauh dari disekitar kolam, menambah deretan keindahan dan menjadi salah satu view menarik disekitar lokasi kolam.

Di sudut kolam, tampak berdiri dua buah pondokan berkontruksi kayu dan bambu dengan atap asbes. Dari tempat pondakan ini, terlihat ikan-ikan patin ini berebut makanan yang ditabur oleh salah seorang pekerja dari pinggiran kolam.

Rudiyanto atau yang akrab disapa Rudi ini mengaku, ia mulai menekuni usaha budidaya ikan air tawar jenis ikan patin ini pada akhir tahun 2019 lalu, dengan modal awal Rp 20 juta untuk dua kolam ikan ukuran 15 meter x 20 meter pada saat itu.

“Budidaya ikan patin memiliki peluang yang bagus, dan bisa mendatangkan keuntungan besar apabila dikerjakan dengan sabar dan ketekunan,”kata Rudi kepada Teraslampung.com, Minggu (13/2/2022).

Ikan patin di kolam sudah siap dipanen.

Menurut bapak satu anak ini, selama ikan patin masih banyak dikonsumsi orang, maka secara otomatis target pasarnya pun semakin luas atau banyak.

Rudi menceritakan, sebelum budidaya ikan patin, awalnya Ia berjualan pakan ikan baik itu pakan dari hasil olahannya sendiri maupun dari pabrik. Selain memiliki kios pakan ikan di rumahnya, Rudi juga jual pakan ikan keliling menggunakan sepeda motor di wilayahnya bahkan sampai ke luar daerah Lampung Selatan.

Kemudian ia beralih menjadi peternak ikan patin sendiri, karena saat itu banyak pembudidaya ikan air tawar yang gulung tikar alias bangkrut akibat dampak dari pandemi Covid-19.

“Saat itu saya berpikir, daripada pakan ikan yang saya jual terbuang percuma tidak terjual karena banyak peternak ikan yang bangkrut akibat Covid-19, akhirnya  saya coba budidaya ikan patin dan saya gunakan sendiri pakannya,”ucapnya.

Sebelumnya, kata Rudi, Ia hanya memiliki 2 kolam ketika awal mula menekuni usaha budidaya ikan patin. Kini ia memiliki 19 kolam dilahan seluas 2 hektare miliknya sendiri yang dibeli dari hasil budidaya ikan patin yang ditekuninya saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan air di 19 kolamnya itu, Rudi menyiapkan sumur bor yang ditempatkan di tiga titik.

Memanen ikan patin

Di lahan seluas 2 hektare ini, kolam dibuat berbeda ukuran. Untuk lahan seluas 1 hektare dibuat 14 kolam, ukuran kolam rata-rata 15 meter x 20 meter dan masing-masing kolam diisi 5.000 ikan. Sedangkan lahan 1 hektar lagi, dibuat 5 kolam dengan ukuran 50 meter x 30 meter dan masing-masing kolam diisi 17.000 ikan.

“Dari 19 kolam itu, bisa menghasilkan kapasitas produksi (panen) ikan patin mencapai 100 ton. Ikan bisa dipanen enam bulan sekali, dan dipanennya tidak langsung semua tapi berkelanjutan. Kalau dipanennya sekaligus, tidak akan rampung dalam sehari,”kata pria lulusan sekolah SMP di Kecamatan Jati Agung ini.

Meski di tengah situasi pandemi Covid-19, justru membawa berkah tersendiri bagi Rudi menekuni usaha budidaya ikan patin. Takmain-main, dari usahanya itu Rudi bisa cuan atau meraup keuntungan hingga ratusan juta.

“Modal yang dikeluarkan untuk 19 kolam mulai dari bibit ikan, pakan, upah pekerja dan lainnya Rp700 juta. Pekerja ada 11 orang, sistem bayarnya tonase. Setelah panen, omzet yang saya dapat Rp 1,2 miliar dan keuntungan bersih yang saya dapat sekitar Rp500 juta,”terangnya.