Warga Satroni Tempat Prostitusi Terselubung Berkedok Salon

Bagikan/Suka/Tweet:

Zaenal Asikin/Teraslampung.com

Salon plus-plus (ilustrasi)

BANDARLAMPUNG– Ratusan warga Desa Way Huwi Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan mendatangi “ Wulan Salon”, Sabtu malam (6/7) sekitar pukul 21.00 WIB. Mereke menggerebek salon yang diduga dipakai sebagai tempat prostitusi tersebut. Warga marah karena salon tersebut tetap beroperasi hingga malam meskipun sudah memasuki bulan Ramadan.

Selepas salat tarawih, ratusan warga menuju ketempat salon yang terletak di RT 17 RW 3 Desa Way Hui Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan. Namun, saat warga datang, para wanita yang biasanya berkumpul dan mangkal di salon telah meninggalkan lokasi.

Untuk mencegah aksi anarkis, sekitar 50 aparat kepolisian dari Polsek Jati Agung, Tanjung Senang, Tanjung Bintang, dan Kedaton dikerahkan untuk berjaga-jaga d sekitar lokasi

Sartono (37), warga setempat, mengungkapkan salon tersebut telah beroperasi selama empat tahun yakni sejak tahun 2010 lalu. Lena, warga pemilik salon, membuka salonnya setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB dini hari.

Selain digunakan sebagai tempat karaoke, salon tersebut  diduga juga digunakan sebagai tempat transaksi seksual. Tempat hiburan yang seharusnya tutup di bulan ramadan, selama beberapa hari ini salon milik Lena justru masih tetap buka.

“Warga yang sedang  menjalankan ibadah puasa terusik. Mereka terganggu karena tiap malam selalu mendengar suara ingar bingar musik lewat sound system sangat kencang di salon itu,” kata Sartono, Minggu (6/7).

Sartono mengaku, salon itu sudah tiga kali di gerebek dengan warga. Namun, alon itu masih tetap buka dan melayani para lelaki hidung belang karena pemilik salon menyewa para bodyguard sehinga warga takut akan menghentikan kegiatan mereka dengan ancaman para bodyguard.

“Di tempat salon tersebut, belasan kendaraan roda dua dan roda empat sudah parkir didepan salon sejak pagi hingga dini hari. Wanita yang ada disalon itu, ada sekitar 6-8 wanita usia tujuh belasan tahun yang melayani para pengunjung. Wanita penghibur dan lelaki hidung belang yang datang berasal dari luar wilayah kami,” kata dia.

Ketua RT 17, Sugiman mengatakan, dirinya mendukung tuntutan warga yang meminta tempat hiburan karaoke dan prostitusi berkedok salon itu ditutup.

”Saya baru tiga bulan jadi RT di sini, tapi, selama ini memang banyak warga yang melapor kepada saya. Mereka resah di wilayahnya ada tempat prostistusi terselubung,” ujarnya.