Petugas SAR menyelam di sungai. (dok Basarnas) |
SEMARANG, Teraslampung.com — Wahyu Nugroho, seorang wisatawan arung jeram warga Guwo RT 01 RW 02 Desa Tlogowungu Kabupaten Pati, Jawa Tengah, hanyut di Sungai Kreo Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, Sabtu (14/3) Pukul 15.30 Sore. Korban berhasil dievakuasi tim SAR dalam kondisi sudah meninggal,
Pria yang bekerja disalah satu perusahaan Asuransi tersebut datang bersama 38 Rombongan yang datang dari Ambarawa. Mereka semua datang berniat untuk berwisata jeram menggunakan ban atau Tabing. Salah satu rekan korban Hendrik (38) menjelaskan, kejadian itu bermula ketika dirinya bersama 38 delapan temannya sedang melakukan jeram, setelah berjalan 1 km kondisi arus tiba-tiba berubah menjadi deras, banyak Jeram serta banyak pusaran air.
Dirinya mengaku, sempat berusaha menolong dengan meraih tangan korban, karena arus kuat korbanpun terlepas hingga akhirnya hilang. Sebelum hilang korban saat itu sempat terpental dan terlepas dari Ban yang dirinya pakai. Pencarian sempat dilakukan teman temannya dengan hasil penemuan helm korban.
Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang Agus Haryono mengatakan, Basarnas mendapatkan informasi dari warga sekitar pukul 19.00 malam. Satu Tim Rescue langsung diterjunkan untuk melakukan opservasi lokasi kejadian. Kondisi arus yang deras disertai banyaknya bebatuan serta akse jalan masuk yang sulit menjadi menghambat Tim SAR kala melakukan pencarian
Tim rescue Badan SAR Nasional (Basarnas) Kantor SAR Semarang dan Tim Gabungan akhirnya berhasil mengevakuasi jasad Wahyu Nugroho Minggu (15/3) sekitar pukul 17.00. Adapun Tim SAR Gabungan terdiri atas Basarnas dibantu Koramil Gunung Pati,Polsek Gunung Pati,PMI,Ubaloka serta dibantu warga Setempat.
Menurut Komandan Rescue Kantor SAR Semarang Hardi Amanurijal mengatakan, korban sebenarna posisinya sudah diketahui sekitar pukul 13.00, namun medannya sangat sulit untuk mngembilnya. Korban terjepit di dalam sebuah batu besar, sementara arus airnya sangat deras. “Tidak terlalu dalam, hanya sekitar 1,5 hingga 2 meter. Namun arusnya sangat deras,” kata dia.
Keberadaan korban diketahui pertama kali oleh warga yang membantu pencarian. Saat itu warga mencari dengan menggunakan galah dari bambu dan ranting pohon. Saat mengorek ngorek di dalam air bawah batu, kakinya menginjak bagian tubuh korban. Oleh warga tersebut, berusaha untuk di raihnya namun gagal.
Tim kemudian berusaha keras untuk mengambil korban. Kami berusaha menyelaminya, namun gagal mengevakuasinya, kata Hardi. Kami hanya berhasil meraih tangan korban, kemudian kita iket menggunakan tali karmantel, supaya tudak lepas hanyut terbawa air, imbuhnya.
Semakin petang, cuaca semakin tidak bersahabat. Hujan turun semakin deras, otomatis debit air semakin bertambah dan arus semakin kuat. Sementara hari semakin gelap. Maka, tim kembali berusaha semakin keras. Tali yang diikatkan pada tali korban kemudian ditarik. Sementara beberapa rescuer berusaha membatu dari bawah air.
“Akhirnya tubuh korban yang relatif besar itu berhasil terangkat ke permukaan. Kemudian langsung kita masukkan ke kantong jenazah,” papar Hardi.
Selanjutnya, korban dievakuasi ke atas tebing. Tempat ditemukannya korban di sungai yang berada di dasar tebing. Untuk mengankat korban ke atas tebing setinggi sekitar 10 meter, sangat merepotkan Tim SAR gabungan. Jasad korban ditandu menggunakan batang kayu seadanya. Jasadnya baru bisa terevakuasi setelah 1 jam ditarik menggunakan tali secara berantai.
Selanjutnya korban dievakuasi dan dilarikan ke Rumah Sakit Kariyadi, Semarang, untuk proses lebih lanjut,” kata Hardi.
Proese pencarian, lanjut Hardi, dilakukan Basarnas dan tim SAR gabungan dilakukan dengan membagi tim menjadi 3 regu. Menurutnya, pencarian dilakukan sekitar 40 personel gabungan, baik dari Basarnas, TNI, Polri, Pramuka, PMI, relawan dan masyarakat sekitar.
“Mereka kami bagi menjadi 3 regu. Dua regu bertugas melakukan pencarian dengan menyiris sungai dengan peralatan manual. Sedangkan 1 regu lagi bertugas memantau debet air di atas,” kata Hardi.
Regu pertama melakukan pencarian disekitar tempat kejadian, sedangkan Sru kedua melakukan penyisiran darat tepatnya di daerah Dukuh Gribik. Sampai saat ini pecarian masih terus dilakukan Tim SAR dengan menggunakan alat manual seperti tali, serta bambu-bambu.
Pencarian, lanjut Hardi, memang terkendala karena sulitnya medan. Banyak bebatuan besar dan arusnya sangat deras. “Kami kawatirkan di atas terjadi hujan, maka debit airnya akan bertambah, arusnya juga bertambah deras. Untuk itu kita siagakan tim untuk memantau cuaca dan debit air di kawasan atas. Kita utamakan safety, jangan sampai kita lalai dalam melakukan pencarian dengan tidak memperhatikan cuaca di daerah atas,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Kantor SAR Semarang Agus Haryono mengimbau kepada masyarakat untuk berhati hati. Menurutnya, saat ini musim penghujan belum selesai, curah hujan masih tinggi, untuk itu supaya berhati hati saat melintas ataupun beraktifitas di sekitar aliran sungai. Agus menyebut, sejak bulan Februari sampai sekarang ini pihaknya menangani sedikitnya 24 kasus orang hanyut di sungai di seluruh Jawa Tengah dengan menelan korban sedikitnya 25 orang jiwa.
Sumber:Basarnas