Akuat Supriyanto*
Yang hebat itu Golkar. Ibarat sebuah klub bola, kalah atau menang dalam kompetisi liga tak berpengaruh pada pemilihan bintang-bintangnya untuk memperkuat tim nasional. Siapapun klub (baca: Parpol) yang menang di liga (baca: Pemilu) pasca reformasi, Golkar selalu terakomodasi menjadi bagian dominan dari timnas (baca: Pemerintah).
Pemain-pemain dari klub Golkar bisa anteng, bisa juga liar seperti sekelompok pemain timnas Perancis yang memprotes bahkan menyabotase pelatih Laurent Blanc hingga beliau terpental, lebih dari 2 tahun lalu.
Kini, seperti 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun sebelumnya, tim Golkar tampaknya akan kembali dominan dalam ‘line up’ timnas yang sebentar lagi akan dikomandoi manajer baru. Arah untuk mendorong koalisi PDIP – Golkar di Pileg 2014 kian terbaca. Mirip seperti ‘perkawinan’ punggawa Barcelona dan Madrid di timnas Spanyol.
Saat ini, pertandingan liga memasuki minggu-minggu terakhir. Saya terkesima dengan permainan ‘gelandang’ Golkar seperti Nusron Wahid, yang semakin pandai menciptakan umpan-umpan yang ‘berbahaya’ bagi terciptanya gol. Nusron, Ketua GP Anshor itu, ikut hadir dalam sebuah pertemuan penting di Rembang, beberapa hari lalu. Umpan-umpan Nusron tentu akan penting meskipun striker cum kapten Golkar ARB sering tampil di bawah ‘form’.
Jika ARB yang belum lama ini dikagetkan oleh video plesiran ke Maldives terus-menerus kesulitan bikin gol (mengingatkan akan berita tentang striker Arsenal, Giroud yang mengencani seorang model/WAG kinyis-kinyis beberapa waktu lalu), maka penyerang-penyerang ‘lubang’ yang selama ini bermain di belakang striker bisa didorong ke depan.
JK dan AT, dua second striker itu, terkenal memiliki tusukan-tusukan yang berbahaya, sehingga operan terobosan dari Nusron maupun flank dari pemain sayap lainnya diharapkan dapat dimanfaatkan dengan gocekan mengarah gawang, tendangan first time, atau sundulan untuk terjadinya gol.
Jika ARB harus menepi dari persaingan di klubnya, maka JK dan AT memiliki kans untuk tampil, sekaligus menggoda manajer timnas mendatang untuk memanggilnya. Satu posisi striker timnas telah aman digenggam Jokowi, kapten tim yang berasal dari klub PDIP.
Satu lagi -yang juga berperan sebagai wakil kapten- dapat ditempati JK atau AT. Tentu, mereka harus berjuang untuk meyakinkan manajer baru timnas. Kebetulan JK, dianggap bisa meramu skill duel di udara (baca: NU) dan kemampuan lari yang cepat (baca: Muhammadiyah), sehingga dianggap komplit.
Sementara itu, striker AT yang berpembawaan tenang namun jago mengecoh lawan alias ‘selicin belut’, merupakan tipe pemain yang disukai calon manajer timnas.
Kita lihat saja, siapa di antara keduanya yang menang dalam persaingan. Tapi, siapapun yang menang, tampaknya Golkar lagi, Golkar lagi, di timnas mendatang. Seperti Real Madrid di Spanyol, dominasi mereka di timnas benar-benar tak tergoyahkan sepanjang waktu.