YKWS dan SNV Gelar Webinar Soal Penyandang Disabilitas pada Masa Pandemi Covid-19

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) bersama dengan SNV menyelenggarakan webinar dengan tema “Peran Serta Penyandang Disabilitas dalam Penerapan PHBS untuk Pencegahan Covid-19”, Kamis (25/6). Diskusi virtual diikuti 135 peserta dari akademisi, mahasiswa, dinas, forum disabilitas, NGO, masyarakat umum dari berbagai provinsi di Indonesia.

Narasumber pada kegiatan webinar yaitu Direktur Kesehatan Lingkunan Kementerian Sosial dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO, Direktur Rehabiliatsi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial Dra. Eva Rahmi Kasim, MDA, Direktur Sasana Iklusi dan Gerakan Advokasi Disabilitas (SIGAB) Indonesia Suharto, M.A dan Maya Juniarti dari Himpunan Wanitasi Disabilitas Indonesia (HWDI).

Direktur Eksekutif YKWS Febrilia Ekawati dalam sambutan pengantarnya mengatakan, webinar kali ini bertujuan untuk menggali infromasi kebijakan pemerintah dalam penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19 untuk penyandang disabilitas.

“Juga untuk berbagi strategi dari penyandang disabilitas dalam menghindari paparan virus Covid-19 dan bertahan dimasa pandemi Covid-19,” kata Febrilia.

Akses informasi terkait Covid-19 dan respon pemerinta, kata Febri,  harus dibuat untuk memenuhi kebutuhan dari penyandang disabilitas.

“Informasi yang selama ini disampaikan harus aksesibel sehingga penyandang disabilitas bisa tahu apa yang harus dilakukan untuk memastikan mereka tidak terjangkit virus COVID-19. Pemerintah harus melibatkan penyandang disabilitas dalam membuat kebijakan dan mengkampanyekan penanganan dan pencegahan Covid-1 agar dapat mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas,” kata dia.

Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali, mengungkapkan Kementerian Kesehatan memang belum membuat produk informasi yang sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas.

“Melalui webinar ini kami akan menerima berbagi input dari para pihak dan siap berkolaborasi dengan kementerian sosial dan stakeholder lainya untuk merumuskan dan membuat produk infromasi yang lebih inklusif yang bisa aksesibel untuk penyandang disabilitasi, tentunya kami juga dari kesehatan lingkungan juga harus mempersipakan dan memberikan pembekalan bagi tenaga kesling yang bisa memberi pelayanan untuk penyandang disabilitas,” ungkap Imran.

Pandemi Covid-19 Membuat Para Penyandang Disabilitas Makin Terpuruk

Menurut Imran, penyebaran informasi tentang penanganan dan pencegahan penyebarana virus Covid-19 melalui penerapan PHBS dilakukan oleh seluruh tim gugus tugas baik di tingkat nasional hingga daerah. Namun, penyampaian informasi yang dilakukan belum bersifat inklusif dengan memperhatikan kebutuhan dari penyandang disabilitas, sehingga penyandang disabilitas belum secara utuh dan jelas memperoleh informasi tentang pencegahan dan penanganan Covid-19.

Penyandang disabilitas adalah kelompok yang paling rentan terjangkit  Covid-19 dan terdampak paling berat dari pandemi virus COVID-19.

Direktur Rehabilitas Sosila Penyandang Disabilitas Kementerian Sosila, Eva Rahmi Kasim, dalam paparanya menyampaikan penyandang disabilitas beresiko sangat besar terpapar virus Covid-19 meskipun kebijakan terkait pecegahan dan penanganan Covid-19 sudah disusun dan diupayakan oleh pemerintah namun, tidak semua terakses.

“Ada hambatan dalam mengakses kesehatan dan informasi saat terjadi pandemi yang dihadapi peyandang disabilitas, di lingkungan, komunikasi tidak inklusif informasi tidak aksesibel, di institusi atau lembaga biaya perawatan tidak terjangkau, kurangnya protocol yang dibuat untuk merawat penyandang disabilitas selama karantina dan dari sikap masih ada prasangka dan stigma terhapad penyandang disabilitas serta masih terjadi diskriminasi terhadap penyandang disabilitas, ” ungkap Eva Rahmi, dalam dis

Eva Rahmi mengungkapkan semasa pandemic Kemeterian Sosila berupaya untuk bisa memberikan akses informasi untuk penyandang disabilitas melalui pelayanan sosial terpadu dan berkelanjutan. “Kementrian sosial sangat membutuhkan kolaborasi dari parapihak, dan lintas sektoral untuk merespon dampak pandemi bagi penyandang disabilitas,” Eva nemambahkan.

Kehidupan penyandang disabilitas dan keluarganya dua kali lebih berat dari yang dialami kelompok non-disabilitas. Perubahan drastis akibat pandemi berpengaruh terhadap kehidupan penyandang disabilitas dalam mendapatkan pendidikan, mata pencaharian, layanan kesehatan dan layanan sosial lainnya.

Direktur Sigab Indonesia, Suharto, mengungkapkan dampak Covid-19 terhadap penyadang disabilitas memberi keterputukan yang cukup besar.

Menurut Suharto, pandemi Covid-19 menyebabkan dampak sosial dan pendidikan bagi penyadang disabiltas.

“Pada bulan April kami melakukan pengumpulan data melalui rapid assessment, sebanyak 67,97% peserta didik difabel kesulitan mengikuti pembelajaran secara online, dampak ekonomi difabel yang bekerja di sector informal mengalami penurunan penghasilan hingga 80%, selain itu akses informasi terhadap penyadang disabilitas terutaman tuli dan netra belum aksesibel, sebanyak 59.40% difabel sensorik menyatakan bahwa aksesibilitas yang mereka butuhkan belum cukup disediakan oleh berbagai media informasi,” ungkap Suharto.

Suharto juga mengungkapkan, 11,92% difabel memiliki komorbiditas berisiko tinggi Covid-19. Semasa pandemi ini untuk memperoleh kebutuhan sanitasi seperti masker, sarung tanga, hand sanitizer disinfektan sabun cucitangan 89 % penyadang disabilitas membeli sendiri.

“Jadi, sebagian besar difabel harus berupaya sendiri untuk mendapatkan APD dan hygiene kit. Bagaimana ketika pendapatan berkurang? Ke mana prioritas belanja diberikan?” ujarnya.