Menikmati Eksotisme Sumber Panas Bumi Keramikan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Sumber panas bumi Keramikan di wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, di pinggir Pekon Sukamarga, Suoh, Lampung Barat
Bagikan/Suka/Tweet:

MINGGU sore, 11 Desember 2016. Pukul 17.15 kami tiba di rumah Sekretaris Desa Desa Sumber Agung, Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Selain Sekretaris Desa Ari Subiantoro, kami juga disambut  Peratin (Kepala Desa) Sumber Agung, Joko Purnomo, dan sejumlah remaja Sumber Agung. Delapan remaja itu sudah siap dengan sepeda motornya untuk mengantar kami menuju ke Keramikan.

Keramikan adalah nama kawasan kawah, sumber panas bumi, yang berada di pinggiran Desa Sukamarga. Letaknya berada di dalam kawsan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Kami harus naik sepeda motor karena jalan menuju Keramikan tidak bisa dilalui mobil. Itu karena jalannya yang becek, sempit, dan harus melintasi areal kebun dan sawah.

“Kalaupun naik mobil hanya bisa sampai di ujung jalan masuk TNBBS atau di Bukit Teletubies,” kata seorang remaja yang sudah nangkring di atas sepeda motornya dan siap mengantar kami.

“Ayo kita berangkat. Jangan sampai kemalaman!” kata Pak Peratin.

Kami pun — lebih dari 10 orang — membonceng sepeda motor yang sudah disiapkan Pak Peratin dan Pak Sekdes menuju Keramikan.

Bersiap foto dengan latar belakang asap mengepul dari sumber air panas.

Sepeda motor yang kami naiki tidak seragam. Artinya, ada yang berjenis trail dan memang cocok untuk menembus medan berlumpur, tapi lebih banyak sepeda motor jenis ‘bebek’ yang pasnya cuma melaju di jalan mulus.

Mengunjungi Keramikan di waktu menjelang magrib, kata warga Sukamarga, bukanlah waktu yang tepat. Sebab, pesona eksotisme alam dengan hamparan danau panas dan titik-titik sumber air panas bumi tidak seindah di waktu saat matahari bersinar.

BACA: Jejak Eksotisme Kawah Keramikan dan Tiga Danau di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Berpacu dengan matahari terbenam, kami pun bersama-sama berangkat ke Kemamikan. Melintasi jalan Desa Sumber Agung dan Sukamarga, kami belum menemui hambatan. Sepeda motor masih bisa melaju kencang. Namun, begitu melintasi sebuah padang rumput di kawasan TNBBS, masalah mulai terjadi. Itu karena sepeda motor harus melintasi jalan tanah becek berlumpur selebar sekitar 40 cm.

Beberapa kali sepeda motor yang kami naiki juga harus melintasi jalanan menanjak, jembatan sempit, dan areal perkebunan cokelat. Ketika masuk ke areal kebun cokelat itulah beberapa sepeda motor ban rodanya ‘selip’ sehingga pembonceng harus turun dan turur mendorong.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, sampailah kami di pinggir hamparan sawah. Sepeda motor harus dipaskir di pinggir sawah karena tidak mungkin melintasi pematang sawah yang lebarnya cuma satu setengah jengkal tangan.

Gerimis rintik-rintik sudah mulai turun ketika kami melintasi pematang sawah menuju kawasan sumber air panas Keramikan yang jaraknya tinggal beberapa ratus meter. Aroma belerang sudah tercium.

Kami harus berjalan kaki melintasi pematang sawah dan melewati pinggir kali kecil untuk menuju kawasan Keramikan. Begitu tiba di bibir sumber air panas Keramikan, yang terbentang di depan mata adalah hamparan luas ‘samudra dangkal’ dengan kepulan asap membubung ke langit. Kawasan itu berada di kaki hutan Bukit Barisan Selatan wilayah Suoh.

Hujan tiba-tiba turun ketika kami berada di bibir kawasan air panas itu. Terpaksa saya pun menyelamatkan kamera ke dalam tas sembari menjadi tempat berlindung dari guyuran air hujan.

Untung saja hujan tidak lama sehingga saya bisa melanjutkan langkah untu bisa bergabung dengan kawan-kawan lain ‘bermain’ air hangat di ‘samudra dangkal’ itu.

Naik ojek melintasi padang rumput dan kebun menuju Keramikan.

Genangan air hangat di kawasan itu berada di atas tanah datar. Kami pun langsung bersijingkat mencari jalan termudah untuk menyaksikan titik-titik air panas dari jarak dekat.

Karena airnya dangkal, tanah yang digenangi air panas itu terlihat jelas. Warnanya putih kekuningan karena ‘tersepuh’ air yang mengandung belerang, Bentuknya terlihat seperti berlapis-lapis serupa keramik. Itulah barangkali kawasan itu dinamai sebagai Keramikan.

Meskipun ketinggian air hanya sampai mata kaki, tetapi kami harus berhati-hati. Sebab, di hamparan air hangat itu ada beberapa titik sumber air panas yanga aliran airnya tentu saja bisa membuat kulit melepuh.

Kawan-kawan yang membawa kamera langsung mengabadikan pemandangan langka itu. Yang lainnya memanfaatkan kamera gadget untuk berswafoto ria.

Oyos Saroso HN