Uniknya Miniatur Kapal Pinisi Bambu Karya Warga Lampung Selatan

Dody menunjukkan miniatur kapal pinisi yang baru saja selesai dibuat.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN — Banyak karya seni atau kerajinan karya pengrajin Indonesia menembus pasar dunia. Salah satunya, kerajinan miniatur kapal pinisi dari bambu karya Dody Hardiansyah (27), warga Dusun Buatan, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.

Saat teraslampung.com menyambangi kediamannya, Dody sedang mengerjakan satu miniatur kapal pinisi ukuran besar dengan memasang pernak-pernik kapal. Bahan baku yang digunakan jenis bambu hitam atau bambu petung yang sudah tua.

BACA: Penjual Ikan Ini Mengubah Bilah Bambu Jadi Miniatur Pinisi Bernilai Tinggi

Bangunan teras samping rumahnya, dimanfaatkan Dody sebagai tempat membuat kerajinan miniatur. Saat teraslampung.com menyambangi rumah Dody, setidaknya ada satu minitur kapal pinsi ukuran sedang yang sudah selesai.

Alat yang digunakan juga terbilang sederhana, seperti gergaji, golok, pisau cutter, lem alteco, tali nylon dan alat semprot (spray) yang digunakan untuk pelapisan bambu dengan pernis.

Pengerjaan kerajinan miniatur kapal pinisi tersebut dilakukan Dody sendiri. Mulai  mencari bahan bambu, memotong dan membelah bambu, merendam,  hingga  merakit hasil akhir.

Karya Dody membuat banyak orang takjub. Hal itu karena Dody membuatnya cukup detail: ada pernak-pernik kapal mulai dari dek kapal, tiang layar hingga layarnya, pagar disekeliling kapal bahkan sampai ukuran anak tangga kecil sekalipun.

Sembari merakit miniatur kapal pinisi dari bambu dan memasang pernak-pernik kelengkapan miniatur kapal, kepada teraslampung.com Dody Hardiansyah mengatakan, miniatur kapal yang sedang dibuatnya, berukuran besar dengan panjang 130 Cm, lebar 20 Cm dan tinggi 80 Cm.

“Proses pembuatan miniatur kapal yang masih saya buat ini, baru sekitar 40 persen. Untuk merampungkan pembuatan satu miniatur kapal ukuran besar ini, mamakan waktu dua minggu dan itu sudah finising pelapisan dengan dilapisi pernis,” katanya kepada teraslampung.com, Minggu (19/1/2020).

Dikatakannya, agar lebih tahan lama atau tidak mudah bubukan, miniatur kapal dari bambu ini dilapisi air pupuk terlebih dulu meski sebelumnya sudah direndam dengan air pupuk dan obat. Sedangkan jenis bambu yang digunakan untuk membat minitur kapal pinisi ini, jenis bambu hitam dan kami biasa menyebutnya bambu petung.

“Untuk finishing, miniatur ini dilapisi pernis dengan cara disemprot menggunakan alat semprot (spray gun). Tujuan dilapisi pernis, permukaan bambu agar tahan lama, supaya mengkilap dan tetap menjaga keaslian warna bambu agar tetap seperti aslinya (original),”kata bapak satu orang anak ini.

Bambu tersebut, kata Dody, dipotong dengan ukuran tiap satu ruas bambu, lalu dibelah jadi beberapa bagian. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tong/drum berisi air dan diberi pupuk urea serta obat insektisida regent. Proses perendaman itu sendiri, berlangsung selama dua hari dua malam dan setelah itu dijemur diterik matahari selama satu hari baru kemudian bisa digunakan.

“Fungsi pupuk urea pada bambu ini, agar kuat dan tidak gampang putus saat proses mengirat (penipisan bambu). Sementara obat insektisida regent sendiri, untuk menghindari ulat agar bambu tidak mudah lapuk atau bubukan serta tahan lama,”ujarnya.

Selanjutnya, bambu dibuat sayatan untuk badan miniatur kapal, layar dan asesoris serta pernik lainnya. Namun yang agak rumit, membuat asesorisnya dan bagian pernak-pernik kapal lainnya.

“Untuk membuat satu miniatur kapal ukuran kecil dibutuhkan waktu tiga hari, ukuran sedang satu minggu bahkan lebih. Kalau untuk ukuran besar, proses pembuatannya dibutuhkan waktu selama dua minggu,”kata dia.

Sementara mengenai modal yang dibutuhkan untuk membeli semua bahannya Rp 100-200 ribu, dan untuk harganya, dibanderol mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 700 ribu.

“Untuk harga, tergantung dari berapa banyak habis bahan yang digunakan dan juga tingkat kesulitan pembuatan miniatur itu sendiri. Semakin rumit, akan semakin mahal,”ungkapnya.

Pada pembuatan miniatur, Dody mengaku kesulitan saat perakitan dan membuat detail perlengkapan minitur. Sebab pada saat membuat detail miniatur yang kecil, seringkali terhambat oleh lem perengkat.

“Bikin asesoris miniatur kecil itu kan susah, tangan kena perengkat jadi bentuknya susah. Untuk tingkat kesulitan lainnya, saat menentukan model yang akan dibuat,”ucapnya.

Dody menguatarakan, ada 14 unit miniatur yang sudah dibuatnya, diantaranya 10 minitur kapal pinisi, dua miniatur rumah adat minang (gadang) dan dua miniatur sepeda. Namun saat itu, ia sempat menemui kendala pemasarannya. Beruntung hasil kerajinan miniatur bambu karyanya itu, laku terjual semua dengan harga bervariasi mulai dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 700 ribu.

“Awalnya bingung saya mas mau dipasarkan kemana 14 miniatur itu, lalu paman saya mencoba membantu memasarkannya. Bahkan Pak Kades saya juga ikut membantu memasarkannya, dan alhamdulillah laku terjual semua. Dipasarkannya, di wilayah Lampung Selatan, Bandarlampung dan ada juga yang dari Jakarta,”terangnya.

Menurutnya, project kedepan, ia berkeinginan membuat kerajinan miniatur jenis lainnya dari bahan baku bambu dan batok kelapa. Seperti gelas (cangkir), sendok dan garpu dari bahan batok kelapa dan juga lapik (nampan) dari bahan bambu.