Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (3)
Zainal Asikin | Teraslampung.COM
LAMPUNG SELATAN –– Selanjutnya, pada tanggal 13 Agustus 1896, Belanda melakukan penyerbuan di pagi hari dari Pulau Sikepal. Pada tanggal 16 agustus 1856, pasukan Belanda yang dipimpin Kolonel Welleson, bersiap melakukan penyerangan terhadap Radin Inten II dengan menyerang Benteng Bendulu melalui daerah Ujau dan Kenali dan Belanda berhasil menguasai Benteng tersebut.
BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (2)
Sekitar pukul 08.00 WIB pada tanggal 18 Agustus 1856, pasukan Belanda bergerak menuju Benteng Hawi Berak. Ternyata pada saat bersamaan, Benteng Bendulu dapat direbut kembali oleh Radin Inten II dan Pasukannya. Mendapat kabar tersebut, Kolonel Welleson dan pasukannya kembali berbalik arah menuju ke Benteng Bendulu dan berhasil merebut Benteng Bendulu.
Saat melakukan peyerangan ke Benteng Katimbang, Kolonel Welleson memecah kekuatan pasukannnya menjadi tiga kelompok yang bergerak melalui tiga arah berbeda. Pasukan pertama yang dipimpin dengan Kolonel Welleson bergerak dari arah Pesisir Selatan melingkar melalui lereng timur Gunung Rajabasa menuju kearah Utara.
Lalu pasukan kedua yang dipimpin Mayor Van Costade, beregrak dari Pesisir Selatan (Pulau Palubu, kalianda dan Way Urang) dengan melingkar melalui lereng sebelah Barat dan Utara menunju Kelau dan Kunyaian untuk merebut Benteng Merambung dan menuju Benteng Katimbang. Pasukan ketiga yang dipimpin Mayor Nauta, bergerak dari arah Penengahan melalui hutan untuk merebut Benteng Selai tahunan dan menuju Benteng Katimbang.
Pada tanggal 19 Agustus 1856, pasukan Kolonel Walleson berhasil merebut Benteng Hawi Berak dan membakar Benteng tersebut. Karena cuaca buruk, Kolonel Walleson dan pasukannya harus kembali ke Benteng Bendulu bergabung dengan pasukan Mayor Van Costade yang bergerak melalui lereng barat Gunung Rajabasa. Pasukan Belanda yang dipimpin Kolonel Walleson dan Mayor Van Costade, berhasil merebut Benteng Merambung, Galah Tanoh dan Pematang sentok pada tanggal 27 Agustus 1856.
“Benteng Merambung direbut Belanda pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB, saat Belanda berupaya merebut Benteng Galah Tanoh mendapat perlawanan cukup sengit dengan pasukan Radin Inten II yang mempertahankan Benteng itu dengan senjata meriam dan ranjau darat. Sekitar pukul 09.00 WIB, pasukan Belanda akhirnya berhasil merebut Benteng tersebut,”paparnya.
BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (4)
Sedangkan pasukan Belanda dibawah pimpinan Mayor Nauta, lanjut Budiman dengan penuh semangat menceritakan kisah tersebut, bahwa dengan susah payah Mayor Nauta mendapat perlawanan sengit dari pasukan Radin Inten II akhirnya dapat merebut Benteng Selai Tahunan.
Dengan didudukinya Benteng Galah Tanoh dan Selai Tahunan, maka terbukalah jalan Belanda menuju kearah Benteng Katimbang. Pada tanggal 28 Agustus 1856, Benteng Katimbang yang terletak di ketinggian 3.500 kaki diatas Gunung Rajabasa diserang Belanda sekitar pukul 12.00 WIB.
“Benteng Katimbang ini diserang, karena memiliki persedian logistik cukup besar yang dipertahankan Radin Inten II dan pasukannya. Karena dari segi persenjataan yang tidak seimbang, Benteng Katimbang berhasil direbut belanda yakni pada subuh sekitar pukul 05.00 WIB. Hingga pada akhirnya semua Benteng dapat dikuasai oleh Belanda, Radin Inten II bersama Hi. Wakhia, Wak Maas dan dan Singa Brata berhasil meloloskan diri,”terangnya.
Untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda, Radin Inten II melakukan perlawanan dengan cara bergerilnya menggunakan senjata yang tidak seimbang. Karena merasa terusik dengan pergerakan radin Inten II, Belanda berusaha mencari dan menangkap Radin Inten II di beberapa tempat persembunyiannya.
BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (1)
Berbagai cara dilakukan Belanda, agar dapat menangkap pemuda yang tangguh dan cerdas tersebut. Merasa kesulitan menangkap Radin Inten II, Belanda membabi buta melakukan cara-cara yang tidak pada tempatnya. Pasukan Belanda menangkap saudara dan orang-orang terdekat Radin Inten II, baik itu istri, lalu anak dan menantu serta saudara-saudara teman seperjuangannya.
Pada tanggal 9 September 1856, Hi. Wakhia, Hi. Isnail bersama putra-putranya serta dua orang putra Singa Berata tertangkap dan dihukum mati. Pada tanggal 17 September 1856, Wak Maas pun akhirnya tewas setelah diserang oleh pasukan Belanda.