Zainal Asikin | Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG — Mata Muharleni (76), ibu kandung Kapten KRI Nanggala-402 Letnan Kolonel (Letkol) (P) Heri Oktavian, terlihat berkaca-kaca saat menyalami para tetangga dan kerabat yang mendatangi kediaman Chandra Yunita (kakak kandung Letkol Heri Oktavian) di Jalan Turunan Pemuka, Rajabasa, Bandarlampung, Senin siang (26/4/2021).
BACA: Kediaman Kakak Kapten KRI Nanggala-402 di Bandarlampung Ramai Dikunjungi Kerabat
Perempuan itu terlihat sedih. Ia mencoba untuk tabah saat para tetangga dan kerabatnya menyambangi rumah putri sulungnya. Meski begitu, kesedihan tak bisa ia sembunyikan.
Ia tidak banyak bicara saat para tamu menyampaikan simpati dan dukungan terhadap keluarganya, usai tersiar kabar duka bahwa Letkol Heri Oktavian yang menjadi kapten KRI Nanggala-402 gugur saat bertugas bersama 52 penumpang lainnya.
Meskipun sudah ada kepastian bahwa seluruh penumpang KRI Nanggala-402 gugur, Muharleni masih sangat berharap ada keajaiban dan rahmat Allah SWT. Ia masih berharap ada kabar baik dari anak bungsunya, Letkol Heri Oktavian. Ia tetap ingin putra bungsunya pulang dengan selamat.
Setelah mendapat kabar KRI Nanggala-402 yang tenggelam dan seluruh penumpangnyua gugur, Murhaleni mengaku berencana berangkat ke Surabaya. Ia ingin bertemu menantu (istri Letkol Heri Oktavian) dan para cucunya.
BACA: Letkol Heri Oktavian Pernah Ajak Ibunda Masuk ke KRI Nanggala-402
“Memang, rencananya saya mau ke Surabaya tapi masih menunggu kabar dulu,”kata ibunda Letkol Heri, Muharleni kepada teraslampung.com di kediaman Yunita, anak tertuanya, Senin (26/4/2021).
Muharleni mengaku syok,saat awal mendengar kabar anak bungsunya yang merupakan Kapten Kapal selam KRI Naggala 402 itu dinyatakan hilang kontak.
Ia mengaku sempat berkomunikasi dengan Heri beberapa hari sebelum ia berlayar. Bahkan, dirinya juga sempat mengirimkan informasi tentang larangan mudik kepada anaknya tersebut.
“Sempat komunikasi (lewat telepon) sebelum dia berangkat berlayar. Saat itu saya juga kirimkan video larangan mudik sama Heri supaya enggak mudik dulu. Terus Heri jawab mau berlayar katanya. Biasanya, kalau sudah menyelam itu sama sekali nggak bisa komunikasi lagi,”ujarnya.
“Saya tetap berharap dan selalu berdoa, anak saya Heri bisa pulang dengan selamat dan kumpul lagi bersama istri dan anaknya dan keluarga,”harap wanita 76 tahun ini sembari mengusap air matanya.