Nol Politik Uang, Pilgub Lampung Paling Bersih di Dunia!

Bagikan/Suka/Tweet:

Oyos Saroso H.N.

Hebat!

Itulah kata yang paling pas untuk mengungkapkan pelaksanaan pemilihan gubernur (Pilgub) Lampung. Selain lancar dengan partisipasi pemilih 100 persen, Pilgub Lampung juga juga masuk The Gueneess Book World of Records sebagai pemilihan gubernur paling bersih di dunia.

Pilgub Lampung zero money politics alias tanpa politik uang! Semua itu berkat kerjasama yang baik antara KPU, Bawaslu, pak polisi, bu polisi, pak tentara, pak hansip, pak babinsa, pak babinkamtibmas, para politikus, para akademikus, para pengamat poliitik kondang, para juragan lembaga survei terkenal, Pak RT, Pak Lurah, Pak Camat, Pak Bupati, Pak Walikota, dan semua elemen masyarakat yang susah disebutkan satu per satu.

Berkat pendidikan politik yang baik yang dilakukan semua partai, seluruh rakyat Lampung yang memiliki hak pilih punya kesadaran yang sangat tinggi untuk berbondong-bondong ke TPS pada hari pencoblosan. Tentu saja hal itu didukung oleh sosialisasi yang intens yang dilakukan KPU dan Bawaslu dengan biaya nol rupiah, yang menjangkau seluruh pelosok Lampung. Warga Lampung harus berterima kasih kepada KPU yang sudah menyelenggarakan Pilgub dengan biaya sangat murah dan hasil yang mak nyus alias gilang gemilang.

Karena semua paslon baik hati, berbudi luhur, taat beribadah, dan takut berbuat dosa,  maka deklarasi “Pilgub Damai, Anti Money Politics, dan Tanpa Isu SARA” sukses dilaksanakan. Bukan cuma deklarasinya dengan biaya nol rupiah yang sukses digelar, tetapi juga benar-benar dilaksanakan oleh semua cagub-cawagub.

Semua cagub-cawagub selalu mengingatkan para anggota tim suksesnya, para pendukung dan simpatisan setia, dan pihak sponsor untuk tidak membagi-bagikan uang dan sembako.

Alhamdulillah semuanya sepakat dan benar-benar mempraktikkannya: tidak ada uang sepeser pun yang beredar di masyarakat untuk membeli suara. Alhasil, ada pasangan cagub-cawagub yang sudah disetori yang Rp 1,2 triliun oleh cukong nan tajir akhirnya uang itu tidak terpakai. Terpaksa uang itu dikembalikan kepada cukong alias sponsor alias penyandng dana Pilgub tanpa berkurang satu rupiah pun.

Kampanye semua paslon berlangsung dengan damai. Ada yang memboyong orkes dangdut cap Waru Doyong di tengah lapangan. Ada pula cagub-cawagub yang menampilkan hiburan lomba catur semalam suntuk di sela-sela kampanye.

Media sosial pun tenteram damai.Tidak ada yang saling mengejek atau bikin meme yang membuat pendukung paslon lain merasa terhina. Semua itu berkat contoh yang diberikan oleh media arus utama di tingkat lokal yang selalu memberi contoh dan mengimbau agar warga Lampung hidup rukun.

Tentu saja, hal itu juga berkat dukungan Pak Kepala Pekon atau Kepala Desa yang selalu mewanti-wanti agar semua warganya tidak berantem di medsos dan senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa.

Semua kepala desa di Lampung memang hebat. Mereka bekerja tulus dan kuat terhadap godaan uang. Mereka semua menolak ketika ada tim sukses (TS) salah satu cagub merayunya dengan imbalan uang banyak asal bisa memenangkan salah satu paslon di desanya. Mereka juga menolak ketika para anggota Dewan yang partainya mengusung salah satu paslon membawa uang segerobak.

Ya, uang segerobak ditambah bergerobak-gerobak lainnya. Jumlahnya mencapai Rp 300 miliar! Uang yang dibagikan per orang Rp50 ribu-Rp 100 ribu itu semua ditolak mentah-mentah oleh  warga Lampung. Padahal, berdasarkan interuksi, uang itu harus sudah habis terbagi seminggu sebelum hari pencoblosan. Luar biasa! Terpaksa bergerobak-gerobak uang lus mulus itu kembali kepada tuannya. Hanya sebagian kecil saja yang tidak kembali. Bukan masuk ke kantong warga Lampung yang jadi ‘sasaran siraman’, tetapi masuk ke kantong pribadi si tukang bagi.

Semua warga Lampun anti-politik uang. Tentu saja,hal itu berkat pembinaan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) oleh para komisioner KPU, anggota Bawaslu (pengawas pemilu di tingkat provinsi), Panwaslu (pengawas di tingkat kecamatan). Para komisioner KPU, komisioner Bawaslu, dan anggota Panwaslu semuanya independen, anti-sogok, nggak doyan duit sebanyak apa pun, tidak memihak salah satu cagub. Itu wajar karena mereka adalah orang-orang berintegritas tinggi, antisuap, cerdas, takut dosa, ahli surga, dan tidak memiliki kaitan organisasi atau haluan politik dengan salah satu cagub-cawagub.

Kesuksesan Pilgub Lampung tidak lepas dari peran para akademisi yang selama ini rajin memberikan pencerahan kepada masyarakat. Para akademisi yang gelarnya berderet atau setidaknya punya pengalaman sebagai pengajar di perguruan tinggi selama puluhan tahun itu memng sangat layak dicontoh. Mereka selalu mengingatkan bahwa Lampung memiliki warisan budaya yang sangat luhur yang harus senantiasa dijunjung tinggi.

Selain para pejabat publik yang berintegritas tinggi, warga Lampung layak bersyukur karena punya seabrek akademisi yang loyal pada bidang keilmuannya dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat. Tidak ada satu pun akademisi di provinsi berjuluk Sang (atau Sai?) Bumi Ruwa Jurai ini yang memperdagangkan ilmunya atau komentarnya di media massa demi menangguk fulus. Tentu ini sangat layak disyukuri.

“Nilai-nilai luhur itu harus menjadi pedoman hidup, termasuk pada saat Pilgub. Maka, malulah kalian seluruh penduduk Lampung yang punya hak pilih jika kalian menerima uang, sabun, beras, kecap, minyak goreng, sarung, jilbab, mukena, sepatu, sepeda motor, mobil, dllsb (dan lain-lain-lain sebagainya),” begitu akademisi yang juga pengamat kondang memberikan wejangan.

Berkat nasihat itulah Pilgub Lampung 2118 tanpa politik uang secuil pun.

Hebat!

BACA JUGA:

Herman HN Tidak Yakin Gakumdu Mendiskualifikasi Arinal-Nunik, Ini Alasannya

Bawa Gambar Bos SGC, Ribuan Warga Kembali Demo di Depan Kantor Gakumdu

Mantan Hakim MK: Kecurangan Money Politics Arinal-Nunik Penuhi Unsur TSM