Radin Inten II, Pemuda Jenius yang Ditakuti Penjajah Belanda

Ilustrasi timbul perjuangan Radin Inten II di salah satu sudut Kompleks Permakaman Radin Inten di Lampung Selatan. (Foto: Teraslampung.com/Zainal Asikin)
Bagikan/Suka/Tweet:

Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (2)

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN — Menurut budayawan yang juga keturunan Keratuan Darah Putih, Budiman Yaqub, pada zaman itu Belanda menggap Radin Inten II sebagai pemuda yang jenius dan berani melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Hal itu karna pada usia yang masih muda (16 tahun), Radin Inten II bisa membentuk  pasukan. Dari paling kecil yang berpangkat Ngebihi membawahi 10 kepala keluarga. Lalu level di atasnya, yakni pasukan berkekuatan 44 prajurit yang dipimpin komandan berpangkat Temenggung, Temenggung membawahi para Ngebihi.

“Di atas Temenggung adalah kepala pasukan berpangkat Karya membawahi empat Temenggung. Di atasnya lagi adalah seorang Pangeran membawahi empat Karya,” kata Budiman.

Pusat pertahanan yang dibangun oleh Radin Inten II kala itu adalah di Gunung Rajabasa. Gunung itu letaknya sangatl strategis. Bisa dijadikan tempat menyusun strategi menghadapi Belanda. Kala itu Gunung Rajabasa dikelilingi oleh benteng-benteng pertahanan, seperti sebelah Barat dan Utara, terdapat Benteng Merambung, Galah Tanoh, Pematang Sentok, Katimbang dan Salai Tabuhan.

Sedangkan di sebelah Timur terdapat Benteng Bendulu dan Hawi Berak dan dikaki gunung terdapat Benteng Raja Gepeh Cempaka dan Kahuripan Lama.

Sepak terjang Radin Inten II sama seperti ayahnya, Radin Imba II, yakni menggalang persahabatan dengan beberapa tokoh penting seperti Wak Maas dari Sulawesi, Khaja Makalam, Pangeran Singabrata serta rakyat dari Marga Ratu dan Dantaran.

Hal itu dilakukan untuk menggalang pasukan dan meningkatkan kekuatan untuk melawan Belanda. Bagi penjajah Belanda, sepak terjang yang dilakukan Radin Inten II dianggap membahayakan. Mulai saat itulah, Belanda mengambil tindakan dengan berupaya membujuk Radin Inten II untuk dilakukan diplomasi.

BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (1)

“Karena keahlian dan kecerdasannya itu, membuat Belanda sangat khawatir dan takut menghadapi Radin Inten II meski masih berusia remaja 16 tahun. Belanda berusaha membujuk Radin Inten II agar tidak menentang perintah Belanda dengan imbalan akan diberikan pengampunan, lalu ditawari biaya pendidikan, diberikan pulau dan lainnya. Tapi semua tawaran dan bujukan Belanda itu, ditolak mentah-mentah oleh Radin Inten II,”ungkapnya.

Stempek Keratuan Darah Putih (Foto: Teraslampung.com/Zainal Asikin)

Karena tawarannya itu ditolak, kata Budiman, pada tahun 1851 Belanda mengirimkan 400 pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tuch. Pasukan Belanda menyerang Benteng Merambung. Radin Inten II dan pasukannya menghadapi serangan tersebut dengan gagah berani. Alhasil, Belanda kalah total.

Seusai menelan kekalahan, dua tahun kemudian (1853), Belanda kembali mengajukan perdamaian. Isi perdamaian itu adalah: Radin Inten II diminta menghentikan penyerangan. Usulan perdamaian itu diterima Radin Inten II dan perang pun dihentikan.

Namun suasana tenang itu hanya berlangsung selama dua tahun yakni tahun 1855.Sebab, pada 1856 Radin Inten II kembali menyerang Belanda. Karena kewalahan menghadapi serangan pasukan Radin Inten II, Belanda pun meminta bala bantuan tentara dari Batavia. Pasukan Belanda yang datang dari Batavia itu di bawah pimpinan Kolonel Welleson dibantu oleh Mayor Nauta, Mayor Van Costade,dan Mayor AWP Weitzel.

Tidak tanggung-tanggung, pasukan Belanda dari Batavia diangkut dengan sembilan kapal perang. Itu masih ditambah tiga kapal pengangkut peralatan, serta puluhan perahu mayung dan hujung yang mengangkut 1.000 serdadu Belanda, 350 perwira, ditambah pasukan Gurka dari Afrika, 12 meriam besar dan 30 satuan zeni. Kapal-kapal tersebut melakukan pendaratan di Pulau Sikepal yang berada di daerah Teluk, Tanjung Tua.

Dua hari kemudian yakni pada tanggal 10 Agustus 1856, pimpinan pasukan Belanda mengeluarkan ultimatum: dalam tempo lima hari Radin Inten II beserta pasukannya harus  menyerahkan diri.

BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (3)

Ultimatum Belanda tersebut tidak diindahkan oleh Radin Inten II dan pasukannya yang hanya berjumlah sekitar 300 orang. Bahkan, mereka meningkatkan pertahanannya, di benteng-benteng pertahanannya yang berada di sekitar Gunung Rajabasa. Antara lain di  Benteng Bendulu, Benteng Galah Tanoh, Benteng Pematang Sentok, dan Benteng Selai Tabuan Kahuripan Lama.

“Benteng Bendulu yang berhasil direbut oleh Kolonel Welleson dan pasukannya, dijadikan sebagai pangkalan (markas) pasukan Belanda dalam penyerbuan ke beberapa Benteng pertahananan Radin Inten II lainnya,” kata Budiman.