Jejak  

Bangunan Sekolah, Jejak Belanda di Pulau Pisang Kabupaten Pesisir Barat

SD Negeri Pasar di Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat. Foto: Febrilia Ekawati
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Jejak kolonialisme Belanda di Lampung sudah makin sulit ditelusuri seiring dengan hilangnya sejumlah bangunan bersejarah. Di antara sedikit peninggalan Belanda yang masih ada di Lampung, bangunan sekolah di Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat adalah salah satunya.

Bangunan sekolah yang memiliki nilai sejarah yang tinggi ini kabarnya didirikan pada tahun 1892. Artinya, sudah berdiri sebelum politik etis dijalankan pemerintah Kerajaan Belanda. Politik etis digulirkan Belanda 1901, usai pidato Ratu Wilhelmina berpidato di parlemen Belanda.

Kala itu Ratu Wilhelmina yang baru saja naik tahta menyatakan bahwa

Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan politik etis yang terangkum dalam program Trias Van deventer.

Ketiganya adalah: pertama, irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. Kedua, imigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi. Ketiga, pendidikan, yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan.

Pada tanggal 17 Maret 1824, terjadi perjanjian antara Inggris dengan Belanda yang dikenal dengan Traktat London. Dalam perjanjian itu, terjadi tukar-menukar wilayah. Bengcoolen (Bengkulu) diserahkan kepada Belanda oleh Inggris, dan Belanda menyerahkan Malaka (Singapura) kepada Inggris.

Sejak itu, Belanda memegang kuasa di keresidenan Bengkulu yang meliputi wilayah Kroi (Krui), termasuk di dalamnya adalah Pulau Pisang.

Pulau Pisang adalah pulau kecil yang saat ini masuk wilayah administrasi Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung.

Di pulau ini masih terdapat sisa-sisa peninggalan era kolonial Belanda. Satu diantaranya adalah gedung sekolah desa.

Bangunan klasik, dengan ciri khas pintu yang tingg dan berdinding papan kayu, hingga saat ini masih difungsikan sebagai sekolahan. Sekolah peninggalan Belanda itu kini namanya menjadi SD Negeri Pasar. Keaslian bentuk fisik dan ornamen bangunan sekolah zaman Belanda ini masih dipertahankan dan sangat terawat.

Tokoh masyarakat Pulau Pisang mengatakan, sekolah desa ini dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1892. Informasi tersebut berdasar pada pahatan yang terdapat pada salah satu balok penyangga atap.

Sayangnya, sampai kini sangat minim literasi yang ditinggalkan dari sejarah keberadaan sekolah desa peninggalan Belanda ini. Namun, kekokohan gedungnya, dan beberapa benda peninggalan, seperti lemarin kayu, dan lempengan besi yang dijadikan lonceng, menjadi saksi sejarah adanya pendidikan zaman kolonial, di pulau kecil yang terkepung Samudera Hindia ini.

Febrilia Ekawati