Rudy Badil, Pendiri Warkop DKI Meninggal Dunia

Rudi Badil bersama Indro Warkop pada acara peluncuran buku tentang Warkop, beberapa tahun lalu (Foto: Dream.co)
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Rudy Badil, salah satu pendiri kelompok lawak Warung Kopi Prambors (kemudian menjadi Warkop DKI),  meninggal dunia pada Kamis (11/7) pagi sekitar pukul 07.13 WIB.

Kabar meninggalnya wartawan senior Kompas sekaligus salah satu  perintis grup lawak terkenal itu didapatkan Teraslampung.com dari Ignatius Haryanto, kolega dan yunior Rudy Badil melalui akun Facebook.

“Selamat jalan Rudi Badil… Selamat beristirahat dengan damai…” tulis Kumkum, sapaan akrab Ignatius Haryanto.

Manajer Indro Warkop DKI, Andri pun membenarkan berita tersebut. Menurutnya, saat ini jenazah Rudi Badil disemayamkan di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta.

Sebelum dikenal sebagai wartawan Kompas dan mentor menulis yang andal, Rudi Badil sudah dikenal sebagai anggota mahasiswa suka melawak di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1970-an .

Menurut kineclubums.blogspot.com — yang kemudian banyak dikutiip sejumlah media — Rudy Badil merupakan salah satu awak grup Lawak Warkop Prambors yang mengawali jejaknya di Radio Prambors, Jakarta.

Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.

Dalam acara itu, Rudy Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan saebagai Mastowi (orang Tegal), Ubai (orang Ansori). Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (orang Jawa), Acing/Acong (orang Tionghoa), dan Buyung (orang Padang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Tulo (orang Batak). Dono sendiri hanya berperan sebagai Mas Slamet (orang Jawa).

Rudy Badil akhirnya tidak melanjutkan “karir” sebagai pelawak karena merasa tidak mampu “pentas” di depan publik. Sekitar 1976, setelah Dono dan Indro bergabung, Rudy meremutuskan mundur karena kerap mengalami demam panggung sebelum siaran program Obrolan Santai di Warung Kopi di Radio Prambors. Badil juga pernah mengaku bahwa ia demam panggung saat pertama kali pentas di Taman Ismail Marzuku (TIM).

Tidak melanjutkan profesi sebagai pelawak, Badil kemudian sukses menjadi wartawan Kompas. Sebagai wartawan, ia cukup disegani karena tulisan-tulisannya yang bernas.

Ketika masih mahasiswa (Fakultas Sastra UI Jurusan Antropologi,1969) Rudy Badil dekat dengan tokoh mahasiswa Soe Hok Gie. Nama Rudi Badil  disebut Soe Hok Gie dalam buku Catatan Seorang Demonstran sebagai pecinta lingkungan.

Rudy Badil dulu memang anggota Mapala  Universitas Indonesia. Ia juga pendiri Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (Foksi) dan penulis buku tentang Soe Hok Gie.

Rudy Badil adalah yunior Soe Hok Gie di Mapala UI. Gie tewas di dekat puncak Gunung Semeru Desember 1969. Pada 1975 pria bernama asli Rudy David ini ikut menaburkan abu jenazah Gie — karena makam Soe Hok Gie di Tanah Abang digusur — di puncak Mandalawangi, Gunung Gede-Pangrango.