Kedatangan Raja Arab Saudi ke Indonesia

Bagikan/Suka/Tweet:

Tomi Lebang

Hampir setengah abad lamanya Raja Saudi Arabia tak datang ke Indonesia. Pada kunjungannya yang terakhir, 47 tahun silam, pesawat yang membawa Raja Faisal bin Abdulaziz mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta. Ia disambut langsung Presiden Soeharto di tangga pesawat.

Kedatangan sang penjaga dua kota suci saat itu terlihat sederhana: hanya menggunakan satu pesawat, agendanya pun biasa, semacam penggalangan dukungan sesama negara Asia.

Saat itu Presiden Soeharto menyatakan dukungan terhadap negara-negara Arab yang sedang menghadapi Israel.

Rabu 1 Maret 2017, Raja Salman bin Abdulaziz akan datang dengan segenap kemegahan: membawa 1.500 orang, di antaranya 10 menteri dan 25 pangeran kerajaan, menggunakan 7 pesawat berbadan lebar yaitu Boeing 747, 777, dan 737.

Persiapannya tak alang kepalang, didahului dengan pengiriman tangga eskalator pesawat yang berlogo kerajaan serta mobil-mobil supermewah untuk digunakan sang raja. Mereka akan berada di Indonesia selama sembilan hari, tiga hari kunjungan resmi di Jakarta, selebihnya enam hari berlibur di Bali.

Buah tangan apa yang dibawa sang raja ke negeri ini?

Linimasa media sosial dan grup-grup perbincangan WhatsApp semenjak pekan lalu ramai oleh kabar yang menggelembung – seperti biasa – bahwa Raja Salman bin Abdulaziz datang menebar bantuan ratusan triliun rupiah, menyelamatkan Indonesia dari cengkeraman ekonomi Tiongkok, dan segenap haru-biru kebaikan sosial lainnya.

Untuk semua kabar itu, saya hanya menyebut satu kata: HOAX!

Kunjungan Raja Salman sungguh megah dan mewah, tapi itu memang kebiasaan para bangsawan dari sana. Jangan lupa, Raja Salman tak hanya ke Indonesia, tapi juga ke Malaysia, Jepang dan China.

Perjalanan sang raja kali ini juga untuk mencari tambahan uang untuk negaranya sendiri. Bersamanya ikut Menteri Energi Khalid al-Falih dan para eksekutif perusahaan minyak negara Aramco.

Mereka sedang mengetuk hati dan minat investor kaya Asia untuk ikut ambil bagian dalam penjualan saham Aramco tahun depan. Penawaran perdana 5 persen saham Aramco diharapkan menjadi Initial Publik Offering terbesar di dunia.

Singkatnya, kerajaan Saudi sedang keliling Asia untuk mencari tambahan uang untuk negaranya yang sedang butuh.

Akibat anjloknya harga minyak dunia, negara ini telah memangkas gaji para menteri dan tunjangan anggota keluarga kerajaan, dan kini sedang berusaha keras mengembangkan aneka usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada minyak.

Pada Agustus tahun lalu, Saudi Arabia telah menandatangani 15 perjanjian awal dengan China yang mencakup pembangunan perumahan, proyek air dan kilang.

China-lah yang menanam investasi di Arab Saudi! Dan bukan sebaliknya.

Adapun Indonesia, terbuka kepada negara mana pun yang hendak menanam investasi. Kerajaan Saudi direncanakan akan ikut membangun kilang minyak di Cilacap senilai 60 juta dolar AS, sebuah investasi yang menguntungkan di negeri yang sedang berbenah ini. Juga ada harapan kerjasama senilai 25 miliar dolar AS yang rinciannya akan kita tahu beberapa hari lagi.

Satu yang saya tunggu, pernyataan Pemerintah Saudi Arabia tentang janji santunan kepada korban musibah crane jatuh di Masjidil Haram pada musim haji tahun 2015. Saat itu, 12 orang jamaah haji Indonesia meninggal dunia dan 42 orang cedera dan dirawat di rumah sakit. Kerajaan Saudi menjanjikan santunan sebesar 1 juta riyal atau Rp 3,8 miliar bagi semua keluarga korban meninggal dan cacat fisik tetap serta 500.000 riyal atau Rp 1,9 miliar untuk korban luka, ditambah tawaran naik haji dengan biaya kerajaan bagi mereka dan keluarganya.

Dua tahun sudah janji itu mengambang di udara, entah kapan dipenuhi.

Selamat datang Sang Penjaga Dua Kota Suci, Paduka Raja Salman bin Abdulaziz.